Ahad 21 Oct 2012 19:12 WIB

Hanya di Indonesia ada Pelajaran Tawuran

Pelajar yang terlibat tawuran ditahan petugas kepolisian beserta barang bukti. (Ilustrasi)
Foto: Antara
Pelajar yang terlibat tawuran ditahan petugas kepolisian beserta barang bukti. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Sesungguhnya di tangan pemuda terdapat urusan umat, dan di kaki pemuda terdapat kehidupan suatu umat.

Pelajar merupakan aset yang tak ternilai harganya. Merekalah yang menentukan nasib suatu bangsa. Namun apa jadinya jika pelajar yang seharusnya pintar, malah berlaku onar? Pasti akan sangat merugikan bagi masa depan bangsa.

Dapat dilihat dengan jelas kemerosotan moral para pelajar di negeri ini. Akal sehat mereka telah terkontaminasi oleh hal-hal yang berbau negatif. Sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku mereka yang melenceng dari norma yang ada.  Pelajar yang seperti itu memang minoritas, namun telah mencoreng citra pelajar Indonesia yang terkenal dengan sopan santunnya.

Permasalaan yang tengah kompleks saat ini adalah tawuran. Kebiasaan masyarakat jahiliyah yang diadopsi oleh para pelajar kini.  Tawuran kerap terjadi karena permasalahan sepele, seperti saling ejek. Namun tidak sedikit  yang berujung pada kematian karena hal kecil tersebut. Miris, tawuran telah mendarah daging bagi sebagian pelajar di berbagai lapisan.

Dari mulai tingkat SD,SLTP,SLTA, bahkan sampai mahasiswa sekalipun. Padahal dalam kurikulum, tidak sedikitpun tercantum  mata pelajaran tentang tawuran. Namun dari Sekolah Dasar hingga perkuliahan, tawuran telah menjadi hal yang popular. Atau mungkin saja mereka telah menjadikan tawuran sebagai ekskul favorit yang sayang jika dilewatkan. Padahal tidak ada manfaat yang diperoleh dari tawuran. Hanya karena dendam yang menyangkut gengsi, mereka rela berkorban nyawa. Sungguh keadaan yang sangat mengkhawatirkan.

Masih hangat dalam ingatan, tawuran puluhan siswa antara SDN 10 dan  SDN Muhammadiyah di Palu, Sulawesi Tengah (20/4/2012). Pemicu bentrokan itu diduga karena main futsal antara siswa kedua sekolah tersebut. Meski tak ada korban jiwa, namun tawuran itu telah mengakibatkan kerugian materil. Di sisi lain, Seolah tak ingin kalah dari juniornya, tawuran juga terjadi antara siswa SMA 6 dan SMA 70 yang pecah di Bunderan Bulungan, Jakarta Selatan, pada Senin (24/9/2012).

Tawuran tersebut mengakibatkan jatuhnya seorang korban tewas, dan yang lainnya luka berat. Kasus tawuran juga terjadi antara mahasiswa Fakultas Perikanan dan Pertanian, serta Fakultas Teknik, Universitas Khairun Ternate pada (18/10/2012). Dalam tawuran yang berlangsung hingga empat jam itu, mahasiswa tidak hanya saling melempar batu, tetapi juga melesakkan anak panah. Banyak korban yang mengalami luka berat dan ringan. Tapi yang jelas, kejadian tersebut telah menyisakan luka bagi bangsa ini.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan jumlah korban tawuran yang meningkat dari tahun sebelumnya, yakni sedikitnya sudah 17 pelajar meninggal dunia akibat tawuran di wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2012 hingga  September 2012.

Sangat mengherankan, ketika banyak orang tidak dapat sekolah karena terkendala biaya, namun sebagian pelajar malah bertingkah laku yang tidak pantas.  Sadarkah mereka atas apa yang diperbuat? Ataukah mereka lupa akan tanggung jawab pelajar yang melanjutkan estafet perjuangan membangun bangsa ini? Pelajar masa kini merupakan cerminan kehidupan bangsa yang akan datang. Jika baik, maka akan baik pula nanti. Begitu juga sebaliknya. Sudah sepantasnya mereka menjaga kredibilitas dan kapabilitas mereka selaku  harapan agama dan bangsa.

Menarik, ketika melihat siswa tawuran, dan mahasiswa sebagai calon guru juga ikut tawuran. Maka bukan sesuatu yang mustahil, bila kita kelak akan melihat guru yang tawuran. Karenanya, problema pelajar yang satu ini wajib hukumnya dihilangkan dari budaya bangsa kita. Supaya menciptakan pelajar yang berkualitas, yang akan mewujudkan bangsa yang berkualitas pula.  

Penulis: Adam Rahadian Ashari (Mahasiswa Jurnalistik Semester Satu Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

 

 

sumber : UIN Sunan Gunung Djati

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement