Rabu 26 Sep 2012 20:16 WIB

'Boleh Gembar-gembor Mobil Listrik, tapi Bagaimana Baterainya?'

Menteri BUMN, Dahlan Iskan saat mencoba mobil listrik buatan Dasep Ahmadi
Foto: Antara
Menteri BUMN, Dahlan Iskan saat mencoba mobil listrik buatan Dasep Ahmadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bicara program pengembangan mobil listrik sah-sah saja digembar-gemborkan. Namun, di balik itu ada faktor penting yang harus dilihat, yakni soal kapasitas baterai. Apalagi, baterai merupakan penggerak motor listik.

Nah, masalahnya kini adalah pengembangan mobil listrik terhampat pada kapasitas baterai tersebut. Setidaknya hal itulah yang diutarakan Manajer Hubungan Masyarakat PT Toyota-Astra Motor, Rouli Sijabat.

"Hal yang menjadi tugas untuk pengembangan mobil listrik adalah baterai dengan kapasitas yang terbatas, bentuk yang besar dan berat serta jarak tempuh baterai yang pendek," kata Rouli di sela-sela Indonesia International Motor Show (IIMS) 2012 di Arena Pekan Raya Jakarta, Rabu (26/9).

Inovasi yang masih harus dikembangkan, lanjut dia, adalah bagaimana menemukan baterai yang kecil dengan daya tampung energi yang besar dan waktu pengisian energi yang cepat. Rouli menjelaskan, Toyota, lebih mengembangkan mobil listrik untuk kendaraan dengan jarak tempuh yang dekat.

Perusahaan asal Jepang tersebut pada 2011 telah mengeluarkan konsep kendaraan bertenaga listrik bernama Future Toyota Electric Vehicle (FTEV) II dengan model city car yang berukuran kecil.

Sementara itu, Direktur Utama PT Toyota Astra Motor, Johnny Darmawan mengatakan baterai menjadi masalah yang sensitif. "Pengelolaan baterai tidak mudah, untuk membuang jadi kendala juga, tidak bisa buang sembarangan," jelas Johnny.

Menurut dia, baterai yang sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi di mobil listrik atau hybrid akan dikembalikan ke Jepang untuk pendauran ulang atau pemusnahan karena dianggap limbah.

Dia menilai untuk kedepannya, jika Indonesia sudah memiliki infrastruktur pengisian bahan bakar dan listrik yang baik untuk kendaraan, maka PT TAM akan lebih memasarkan kendaraan bermesin hybrid. "Pengembangan Hybrid itu tidak mudah, ada tambahan mesin, sinkronisasi penggerak dan yang paling susah adalah baterai," tegas Johnny.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement