Ahad 05 Aug 2012 13:25 WIB

Alhamdulillah, UAD Gratiskan Biaya Pendidikan Bagi Mahasiswa Yatim Piatu

Rep: Yulianingsih/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menggratiskan biaya pendidikan bagi mahasiswa yatim piatu yang kuliah di kampus tersebut. Mahasiswa ini digratiskan biaya pendidikan hingga mereka lulus sarjana (S1).

"Setiap tahunnya kita memberikan kuota beasiswa penuh bagi mahasiswa yatim piatu ini sebanyak 30 orang," terang Rektor UAD, Kasiyarno saat pembukaan pengajian ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di auditorium kampus setempat, Jumat (3/8) malam kemarin.

Pengajian ramadhan PWM DIY ini mengambil tema revitalisasi eran Muhammadiyah dalam pembelaan kaum Mustadh'afin .

Diakui Kasiyarno, pemberian beasiswa tersebut merupakan bagian untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan tinggi kampus itu. Beasiswa yang diberikan tak hanya bagi pendidikan formal, tapi juga termasuk pendidikan informal.

Diakuinya, kaum dhuafa seperti anak yatim piatu kesulitan untuk mengakses pendidikan tinggi tanpa ada kepedulian pihak perguruan tinggi sendiri. Karenanya dengan kebijakan tersebut pihaknya ingin memberikan kesempatan anak yatim piatu memperoleh akses tersebut.

Menurutnya, penerima beasiswa S1 untuk jurusan apapun di UAD tersebut harus memenuhi kriteria berasal dari keluarga ekonomi lemah, memiliki prestasi dan nilai bagus selama di SMA. Dia berharap program tersebut mendapat dukungan dari PWM DIY maupun PP Muhammadiyah agar bisa menjadi lebih bagus lagi.

"Selain mahasiswa Indonesia, kami juga mendapat mandat dari PP Muhammadiyah untuk memberikan beasiswa terhadap mahasiswa muslim asal Thailand selatan. Kami baru bisa menyanggupi memberikan beasiswa bagi 25 orang saja tiap tahunnya," terangnya.

Dikatakannya, seperti halnya dengan beasiswa yang bagi kaum dhuafa, mahasiswa asal Thailand Selatan di UAD bisa memilih sendiri program studi yang ingin mereka tempuh kecuali Farmasi.

Kasiyarno menjelaskan, pembiayaan pendidikan bagi mahasiswa Thailand selatan tersebut tidak termasuk biaya tempat tinggal dan biaya hidup selama menempuh pendidikan. Selain itu, pendidikan informal pun tak luput dari perhatian UAD. Diungkapkan Kasiyarno, pihaknya membuat pesantren di rusunawa dengan bayaran Rp 50 ribu/orang/bulan. Sampai saat ini, pelaksanaan pesantren itu sendiri baru terbatas untuk 150 orang.

"Kami berharap, mahasiswa baru nantinya bisa ikut pesantren ini karena telah disediakan 390 kamar. Program-program yang dijalankan oleh kami ini diharapkan bisa menjadi suatu gerakan di tingkat pendidikan sebagai bentuk kebersamaan bagi kaum dhuafa," terangnya.

Program lain yang sedang digarap oleh UAD ialah kerjasama dengan PP Majelis Taklim Muhammadiyah untuk pembinaan mubaligh selama setahun. Dalam program ini ditargetkan diikuti 50 orang.

Sementara itu, Ketua PWM DIY Agus Taufiqurrohman mengatakan, apa yang dilakukan oleh UAD tersebut menepis anggapan masyarakat jika Muhammadiyah tidak lagi peduli pada kaum duafa. Karena Muhammadiyah kurang mengkomunikasikan hal itu ke publik dengan alasan takut riya'

"Namun apakah benar dengan alasan ikhlas tanpa mengkomunikasikan apa yang dilakukan. Sebagai individu tentu benar. Namun Muhammadiyah sebagai lembaga harus bergembira menyuarakan apa yang dilakukan sebagai akuntabilitas lembaga pada publik," terangnya.

Taufiq mengatakan, ketidakseriusan tersebut berdampak pada menurunnya kepercayaan publik dalam menitipkan dana mereka pada Muhammadiyah. Menurutnya, publik akan lebih percaya pada lembaga yang aktif melaporkan kegiatan mereka. Hal ini ditambah dengan persoalan sudah sangat berkurangnya semangat warga dijajaran bawah Muhammadiyah sendiri untuk mengumpulkan amal masyarakat untuk membentuk usaha baru.

"Jika dulu, jajaran bawah Muhammadiyah berusaha mengumpulkan dana untuk membuat sebuah lembaga pendidikan usia dini baru kemudian melaporkan pada PP untuk diresmikan, sekarang terbalik biasanya malah PP yang kena dimintai dana untuk pembangunan tersebut. Karena itu, mari kita kembali pada filosofi awal Muhammadiyah yakni memberilah sebanyak-banyaknya, jangan meminta sebanyak-banyaknya," jelasnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement