Senin 09 Jul 2012 17:15 WIB

Lima Kebohongan Foke versi Pengamat

Rep: Ahmad Reza S/ Red: Hafidz Muftisany
Adrinof Chaniago
Foto: Republika
Adrinof Chaniago

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Niat incumben Fauzi Bowo (Foke) mencalonkan diri kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta terus menuai kritik. Bahkan, sejumlah pengamat dengan gamblang membeberkan lima kebohongan petahana selama menjabat.

"Hampir tidak ada janji yang ditepati, kecuali hanya di kata-kata saja," ujar pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago saat dihubungi wartawan, Senin (9/7).  Kebohongan pertama, ungkap dia, adalah klaim mengenai pendidikan gratis 12 tahun. Fakta dan data di lapangan justeru menunjukkan bahwa biaya pendidikan khususnya sumbangan gedung, buku, dan lain-lain memberatkan masyarakat.

Apalagi ketika tingkat kemiskinan di Jakarta mencapai 12,7 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional.  Kebohongan kedua, lanjut Andrinof, adalah mengenai kesehatan gratis untuk penduduk miskin. Fakta dan kesaksian masyarakat, kata dia, justeru membuktikan bahwa untuk mendapatkan pengobatan gratis, masyarakat malah dibebani dengan biaya siluman ketika harus mendapatkan Surat Keterangan Tanda Miskin (SKTM).

"Program ini malah diumbar saat kampanye," kata dia.  Kebohongan ketiga terkait Banjir Kanal Timur (BKT) yang diklaim merupakan insiatif dan prestasi dari Pemda DKI. Padahal, ungkap Andrinof, BKT merupakan inisiatif dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan dikerjakan Pemerintah Pusat sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. 

Kebohongan keempat adalah masalah kependudukan dan pendataan KTP yang sudah mulus. Padahal, penyelesaian proyek E-KTP justru ditunda setelah Pilkada yang dinilai mengindikasikan adanya niat curang. Kebohongan terakhir adalah terkait MRT yang diklaim akan selesai 2013. "Padahal tendernya saja baru mau mulai September tahun ini," ujar Andrinof.

Sekjen Himpunan Pasca Sarjana UI Adjie Prayito, menyarankan agar asyarakat umum, khususnya remaja dan mahasiswa untuk tidak memilih atau biasa dikenal dengan istilah golongan putih (Golput) dalam Pemilukada nanti. Tapi, dia menekankan pada penentuan sikap dengan akal sehat. "Harus memilih dengan akal sehat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement