Jumat 06 Jul 2012 18:15 WIB

Dituding Lakukan Politik Uang, Foke-Nara Malah Bilang Biaya Politik

Rep: Ira Sasmita/ Red: Djibril Muhammad
Foke-Nara
Foke-Nara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Politik uang kerap jadi momok bari beberapa calon, namun bagi sebagian calon mungkin sebagai salah satu jalan untuk menuju tampuk kekuasaan. Bagi, tim pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) pihaknya tidak mengenal adanya politik uang dalam kampanye Pemilukada DKI Jakarta.

"Tidak ada politik uang, yang ada hanya biaya politik. Jika ada tudingan ke arah sana, perlu dibuktikan satu per satu," ujar Ketua Media Center calon gubernur (cagub) nomor urut satu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Kahfi Siregar, saat dihubungi Republika, Jumat (6/7).

Ia menyangkal tudingan Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menemukan 20 kasus pelanggaran politik uang yang dilakukan tim pemenangan cagub incumbent tersebut. Menurutnya, harus dilakukan pengkajian terhadap kasus tersebut secara mendalam, satu persatu.

"Apakah bisa disebut politik uang apa tidak. Apakah memberikan 'doorprize' itu disebut politik uang atau tidak," kata dia.

Tim pemenangan Foke-Nara, disebut Kahfi, bahkan akan mendeklarasikan Satuan Penugasan Anti Politik Uang (SAPU). Sebagai bentuk pernyataan sekaligus pengawasan terhadap munculnya politik uang menuju Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI, 11 Juli mendatang.

"SAPU bukan jawaban dari tudingan ICW. Tetapi bentuk keseriusan kami dalam menentang politik uang," ucapnya.

Sebelumnya, ICW menyatakan selama proses kampanye Pilkada DKI berlangsung, terdapat 27 temuan kasus politik uang di Jakarta. Sebanyak 20 kasus dilakukan oleh tim pemenangan Foke-Nara.

Modus politik uang yang dilakukan berupa pembagian uang secara langsung, pembagian doorpize, dan mobilisasi RT dan RW di Jakarta. Selain itu, ICW juga menuding tim Foke-Nara melakukan politisasi birokrasi. Melalui penggunaan jabatan administratif Fauzi Bowo sebagai Gubernur DKI yang masih aktif.

ICW mencuplik kegiatan Fauzi Bowo dalam agenda dinas, mengajak ribuan guru untuk memilih cagub nomor satu. Secara lisan, pada tanggal 3 Juli 2012, di Balai Kartini, Fauzi mengajak guru-guru itu untuk mencoblos nomor satu. Namun, hal tersebut dibantah Kahfi. Sebab, Fauzi Bowo tidak menggunakan atribut dan simbol apapun pada acara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement