Jumat 29 Jun 2012 08:29 WIB

Jangan Bangga Punya Anak Gendut, Ini Bahayanya

Rep: neni ridarineni/ Red: Endah Hapsari
Gemuk
Gemuk

REPUBLIKA.CO.ID, Obesitas atau kegemukan pada anak dan remaja di seluruh dunia cenderung meningkat. Di Amerika Serikat, obesitas menjadi penyebab penyebab kematian nomor dua terbesar. Padahal, kata dr Damayanti R Syarif, SpA, dari Subbagian Nutrisi dan Metabolik Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, obesitas bisa dicegah. Obesitas, jelas Damayanti, mempengaruhi angka kejadian sakit seperti diabetes, stroke, jantung, hipertensi, dan gangguan pernapasan.

Di berbagai negara selama tiga dekade terdapat peningkatan obesitas pada anak usia sekolah. Misalnya di Amerika Serikat prevalensi obesitas pada anak usia 6-11 tahun dari 8 persen menjadi 14 persen, pada usia 12-17 tahun dari 6 persen menjadi 12 persen. Sementara di Indonesia, ketika dilakukan pemeriksaan pada anak-anak SD usia 6-12 tahun di Jakarta Pusat tahun 1998, angka kejadian obesitas 9,6 persen. Sedangkan riset tahun 2002 terhadap anak di tiga SD swasta di Jakarta Timur, kejadian obesitas sebesar 27,5 persen. ''Ini berarti lebih dari seperlima anak usia SD tersebut gemuk,'' tutur Damayanti.

Bagaimana pengaruh obesitas anak pada usia dewasa? Ternyata, 15 persen dari bayi yang obesitas dan 25 persen dari anak pra sekolah yang obesitas serta 80 persen dari anak usia 10-14 tahun yang obesitas akan mengalami obesitas pada usia dewasa. Anak yang obesitas biasanya sudah jalan dan malas berolahraga. Sehingga, setelah dewasa akan mengalami kegemukan dengan segala permasalahannya.

Tanda-tanda obesitas yang bisa tampak pada anak antara lain, mukanya bundar, dagu double, penambahan lemak di daerah badan, dll. Penyebab obesitas sekitar 90 persen karena kelebihan kalori dan 10 persen karena kelainan sindrom, endokrinologi dan genetik. Soal gen ini, kata Damayanti, pernah dilakukan penelitian oleh Zhang tahun 1994 di Amerika Serikat terhadap tikus. Hasilnya, memang benar obesitas berhubungan dengan gen.

Anak yang obesitas sering ngorok dan terbangun pada malam hari, sering ngompol, sering mengantuk pada pagi hari sehingga sekolahnya terganggu. Di samping itu, Damayanti menambahkan, obesitas juga mengakibatkan komplikasi seperti gangguan fungsi hati, nyeri abdomen, gangguan perkembangan seksual, dan gangguan psikososial, karena sulitnya mengatasi obesitas. Ia mengatakan sampai saat ini belum ada obat-obatan yang disetujui untuk mengatasi anak yang obesitas.

Menurunkan berat badan pada anak yang obesitas tidak boleh secara drastis, sebaiknya 5-10 pon atau 1-4 pon per bulan, diet kalori seimbang sesuai usia, melakukan aktivitas 20-30 menit per hari dan 3-5 kali seminggu, seperti jalan, bersepeda, lari, tergantung kesukaan anak. Dan jangan lupa, kata Damayanti, kurangi nonton televisi. Untuk mencegah obesitas pada anak-anak yang perlu diketahui oleh orangtua adalah, hargai napsu makan anak, jangan dipaksa jika dia sudah merasa kenyang, memberikan makanan sehat, makanan serat jumlah cukup, pemberian skim milk bagi anak berusia di atas 2 tahun, jangan memberikan makanan sebagai hadiah dan dorong anak melakukan aktivitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement