Rabu 27 Jun 2012 13:04 WIB

Pria Alami Disfungsi Ereksi, Waspadai Hal Ini

Rep: susie evidia/ Red: Endah Hapsari
Gagal ereksi alias impotensi menjadi pertanda ada gangguan jantung pada seorang pria. (ilustrasi)
Foto: www.bee-health.com
Gagal ereksi alias impotensi menjadi pertanda ada gangguan jantung pada seorang pria. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Mayoritas pasangan suami istri (pasutri) di Asia menempatkan seks dalam kedudukan penting di dalam perkawinan. Survei “Ideal Sex in Asia” yang dilakukan oleh PT Pfizer Indo nesia tahun 2011 terhadap pasutri Indonesia menunjukkan bahwa 79 persen pria dan 80 persen wanita menganggap, kekerasan ereksi atau kemampuan mempertahankan ereksi adalah elemen penting da lam seks yang ideal. Mereka menilai, masa lah tersebut menjadi salah satu elemen penting bagi kebahagiaan pasangan suami istri.

Survei ini dilakukan terhadap 1.658 pria Asia, 220 di antaranya adalah pria Indonesia, dan 1.624 wanita Asia, 200 di antaranya adalah wanita Indonesia. Tujuan dari survei ini untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai seks yang ideal sekaligus mencari tahu dampak atau pengaruh ereksi yang tidak optimal.

Dalam istilah seksologi, tingkat kekerasan ini disebut dengan EHS (Erection Hardness Score). EHS dibagi menjadi empat, jika dianalogi tingkat satu adalah seperti tape (membesar, tapi tidak keras), tingkat dua seperti pisang (keras, tetapi tidak cukup keras untuk melakukan penetrasi), tingkat tiga adalah sosis (cukup keras untuk melakukan penetrasi, tetapi tidak sangat keras), dan tingkat empat adalah timun (tingkat kekerasan yang sempurna).

Walaupun sekilas tampak vulgar, EHS ini perlu di ketahui oleh masyarakat sebab tidak hanya me mengaruhi kebahagiaan di atas ranjang, tetapi juga kesehatan pria. Kesehatan ini tidak hanya dari sisi jasmani, tetapi juga mental, terutama dari tingkat kepercayaan diri seorang pria.

Menurut Dr Heru H Oentoeng M Repro SpAnd dari Asosiasi Seksologi Indonesia, tingkat kekerasan ereksi dapat menjadi indikator kesehatan pria karena ketika pria tidak dapat mencapai tingkat kekerasan optimal (EHS 4), sel-sel pembunuh darah yang ada dalam penis tidak sepenuhnya terisi oleh darah.

Tingkat kekerasan ereksi sering juga diasumsikan dengan masalah psikologis atau konsekuensi dari penuaan. “Dari sisi psikologis, para pria yang masuk dalam EHS 3 cenderung kurang percaya diri dan merasa kurang dicintai serta dihargai. Pada akhirnya, mereka tidak mendapatkan dam pak positif dari kegiatan di atas ranjang yang kemudian memicu terjadinya stres,” paparnya di Jakarta.

Dari sisi kesehatan, ditemukan pria dengan EHS 3 menjalani rawat inap tiga kali lebih sering dibandingkan yang memiliki kekerasan optimal (EHS 4). Mereka ini cenderung mengalami masalah kesehatan yang kronis, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit hati, obesitas, stroke, dan disfungsi ereksi.

Hasil survei menunjukkan, sebanyak 23 persen pria dari total responden yang masuk jenis EHS 3 mengatakan bahwa mereka telah didiagnosis menderita diabetes. Angka ini jauh lebih banyak dari pria EHS 4 yang hanya lima persen saja. Selain itu, pria EHS 3 juga memiliki kecenderungan obesitas lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement