Jumat 22 Jun 2012 10:36 WIB

Berjuang di Negeri 2 Nil (1): Pertemuan 2 Nil

Pertemuan Nil Biru dengan Nil Putih di Khartoum, Sudan
Foto: exploringafrica.matrix.msu.edu
Pertemuan Nil Biru dengan Nil Putih di Khartoum, Sudan

Jika disebutkan nama “NIL”, maka kita semua akan mengingat peristiwa berabad-abad silam. Pada masa itu, Nabi Musa ‘Alaihissalam dihanyutkan oleh Ibunya, agar selamat dari tentara Fir’aun yang membunuh seluruh bayi lelaki. 

Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama. Namun, anehnya kawan, ketika kita sebutkan nama "Nil", yang ada di benak kebanyakan kita mengira bahwa sungai tersebut hanya milik sebuah negara, yaitu Mesir. Yah, mungkin maklum karena "Nil" itu diabadikan oleh peristiwa Nabi Musa dan Fir’aun. 

Tapi, Nil tidak hanya mengalir dan berputar di Mesir saja. Bahkan, Nil merupakan sungai yang menghidupi hampir keseluruhan dari Benua Afrika, salah satunya yakni Sudan. Sebuah negara di Afrika Utara, yang hampir mirip dengan Jazirah Arab. 

Afrika Utara terletak dekat dengan Jazirah Arab, yang dulunya juga termasuk tempat penyeberangan dan penyiaran agama Islam setelah negeri Syam. Islam mulai memasuki Sudan sejak zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.

Pada hakikatnya, Nil sendiri aslinya ada 2 macam; Ada "Nil Biru" yang bermuara di Ethophia dan "Nil Putih" yang berasal dari Uganda. Kedua Nil itu mengalir dengan derasnya, sehingga tak jarang jika sungai ini menjadi salah satu sumber penghidupan bagi daerah yang dilaluinya. 

Nah, coba bayangkan betapa Kuasa Allah itu, jika 2 Nil tadi mengalir lalu bertemu pada suatu daerah kemudian menjadi satu arus menuju muara terakhirnya. Subhanallah, dengan izin-Nya 2 Nil tersebut bertemu di sebuah daerah yang bernama “Khartoum”. 

Maka, cocoklah jika Khartoum, yang juga Ibu Kota dari negeri Sudan ini, memiliki daya tarik tersendiri jika kita menyaksikan keindahan pertemuan 2 sungai ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ar-Rahman Ayat 19 yang artinya, “Dia (Allah) membiarkan 2 laut mengalir yang kemudian keduanya bertemu.” Tak henti-hentinya kita layak bertasbih memuji Allah, ketika kita melihat pertemuan 2 Nil di Khartoum ini, "Sangat Indah!"

Lalu, mengapa pakai kata "berjuang"? Intinya, "menuntut ilmu" itu tidak ada yang mudah, Kawan! Ingatkah kita pada perjuangan Imam Bukhari, yang rela berjalan ribuan kilometer hanya untuk mencari sebuah hadis? Begitu juga perjuangan Nabi Muhammad Saw. yang konon katanya seorang yang buta huruf ketika menerima wahyu pertama dari Allah. 

Sungguh sangat kurang bersyukur, jika kita yang hidup pada zaman yang sudah secanggih dan semaju ini masih mengeluh hanya karena fasilitas, makanan, cuaca, sarana, atau apa saja yang hanya berupa kenikmatan sesaat. Sungguh, Dia-lah Allah, yang telah menciptakan kita semua tidak lain hanya untuk menguji kita, mana di antara kita yang paling baik amalannya. 

Entah kita belajar di Sudan, Madinah, Amerika, Australia, Jepang, atau dimana saja kita, yang jelas nilai kita di sisi Sang Maha Kuasa hanyalah berdasar pada ketaqwaan dan amalan kita. Maka, betul kata pepatah, “Life is Struggle (Hidup adalah Perjuangan)". Berjuang melawan hawa nafsu, kesusahan, dan lain-lain.

Muhammad Fakhrurrazi Anshar

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Studi Islam

International Unversity of Africa

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement