Sabtu 21 Apr 2012 21:11 WIB

Kemunduran, Naskah UN tak Tersedia dalam Huruf Braille

Sejumlah siswa-siswi berkebutuhan khusus bersiap melaksanakan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA/SMK/SMA-LB di SLB A Pembina Tingkat Nasional, Jakarta, Senin (16/4).
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Sejumlah siswa-siswi berkebutuhan khusus bersiap melaksanakan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA/SMK/SMA-LB di SLB A Pembina Tingkat Nasional, Jakarta, Senin (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY menyesalkan tidak adanya soal dengan huruf braille pada penyelenggaraan Ujian Nasional 2012 untuk siswa tuna netra di sekolah inklusi.

"Bagi kami, tidak adanya soal dengan huruf braille justru merupakan kemunduran, karena pada penyelenggaraan sebelumnya, soal dengan huruf braille itu tetap diberikan untuk siswa inklusi," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY Baskara Aji di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia informasi mengenai tidak adanya soal dengan huruf braille pada penyelenggaraan Ujian Nasional 2012 tersebut baru diketahui sekitar satu pekan sebelum ujian digelar.

Pihaknya, lanjut dia, sudah memberikan informasi mengenai jumlah siswa tuna netra dalam pelaksanaan Ujian Nasional 2012.

"Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi bagaimanapun juga, siswa tuna netra tersebut juga harus mendapat pelayanan dengan baik, termasuk penyediaan soal dengan huruf braille," katanya.

Kesulitan yang muncul akibat tidak adanya soal dengan huruf braille tersebut adalah pengawas yang harus membacakan soal. Jika jumlah siswa yang tuna netra tersebut satu atau dua, maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah besar.

Namun, lanjut Baskara, ada satu kasus khusus pada siswa tuna netra yang mengikuti Ujian Nasional 2012, yaitu terdapat enam siswa di salah satu jenjang MTs yang mengalami tuna netra.

"Jika harus diberikan ruang satu per satu untuk tiap siswa, maka sekolah harus menyediakan lebih banyak ruangan dan pengawas, sehingga pilihan ini sulit dilakukan," katanya.

Oleh karenanya, lanjut Baskara, ditetapkan agar siswa mengerjakan ujian di satu ruangan yang sama dan hanya ada satu jenis soal yang akan dibacakan, meskipun ada lima kode soal yang akan diberikan di kelas itu.

Selain tidak adanya soal dengan huruf braille, lanjut dia, kekurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional 2012 tersebut juga tidak ada soal khusus untuk siswa "low vision".

Siswa tuna netra dan low vision memperoleh tambahan waktu untuk mengerjakan soal selama 45 menit dengan istirahat selama 30 menit. Tidak adanya soal cadangan juga dianggap cukup merepotkan untuk siswa yang terpaksa mengerjakan ujian nasional di luar kelas, seperti karena sakit.

"Dulu, ada amplop soal khusus yang dibawa untuk siswa yang mengerjakan soal di luar kelas. Tetapi kini, soal diambilkan dari amplop soal yang sama dari kelas," katanya.

Baskara mengatakan, akan memberikan berbagai masukan tersebut kepada pemerintah pusat sehingga pelaksanaan ujian nasional bisa berjalan lebih baik pada tahun mendatang.

Sedangkan Wakil Rektor I Universitas Negeri Yogyakarta Nurfina Aznam mengatakan secara umum pelaksanaan Ujian Nasional 2012 berjalan baik, termasuk dengan kualitas soal dan kualitas LJK.

"Kualitas LJK lebih baik dibanding tahun lalu, sehingga proses pemindaian pun bisa dilakukan lebih cepat," katanya.

Namun demikian, ia berharap, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga DIY bisa memberikan masukan mengenai pelaksanaan Ujian Nasional 2012 sehingga pelaksanaan pada tahun berikutnya akan lebih baik.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement