Jumat 06 Apr 2012 02:23 WIB

GP Bahrain Harus Ditinjau Ulang

Sebastian Vettel menjuarai Formula 1 seri GP Eropa (Photo by : AP Photo/Daniel Ochoa de Olza) - www.SPORTKU.com
Foto: Photo by : AP Photo/Daniel Ochoa de Olza
Sebastian Vettel menjuarai Formula 1 seri GP Eropa (Photo by : AP Photo/Daniel Ochoa de Olza) - www.SPORTKU.com

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan juara dunia, Damon Hill, Kamis, meminta penyelenggaraan Grand Prix Bahrain ditinjau ulang. Dua pekan jelang  kejuaraan di negara tersebut akan berlangsung sejumlah aksi protes anti pemerintah di negara Teluk tersebut terus terjadi.

Hill merupakan bagian dari tim pencari fakta di Bahrain bersama ketua FIA Jean Todt. Awal tahun ini Hill sempat mengekspresikan dukungannya terhadap kembali digelarnya balap di Bahrain yang dibatalkan pada 2011. Namun aksi demonstrasi anarkis terus berlanjut, yang memicu aktivis-aktivis meminta balap ini dibatalkan.

"Apa yang harus kita tempatkan di atas segalanya adalah apakah ini akan menjadi hukuman perihal harga kemanusiaan, jika balapan terus berlangsung ?" kata Hill kepada The Guardian. "Itu akan buruk bagi urusan dalam negeri negara tersebut, dan buruk bagi Formula Satu, untuk melihat penegakan darurat militer demi terselenggaranya balap."

Hill mengatakan bahwa dirinya tidak meminta agar balap di Bahrain kembali dibatalkan, namun menegaskan bahwa FIA harus meninjau kembali situasi terkini.

"Saya harap FIA mempertimbangkan dampak dari hal ini secara keseluruhan, dan bahwa peristiwa di Bahrain tersebut tidak terlihat seperti yang sering dijual, di mana sekelompok pemuda melemparkan bom molotov, karena itu adalah penyederhanaan yang kasar," kata Hill.

Grand Prix Bahrain dibatalkan pada 2011 karena kerusuhan yang mengancam negeri itu setelah aksi protes menuntut reformasi demokrasi dihadapi pemerintah dengan pemberangusan.

Petinggi Formula Satu, Bernie Ecclestone, menegaskan bahwa kerusuhan belakangan ini tidak akan berdampak pada balap tahun ini. Menurut penyelidikan independen, 35 orang telah terbunuh pada kerusuhan antara pertengahan Februari dan pertengahan Maret 2011.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement