Kamis 29 Mar 2012 10:18 WIB

Telan 'Nuklir' untuk Pengobatan? Siapa Takut

Rep: Rosmha Widiyani/ Red: Didi Purwadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuklir tidak selalu identik dengan kejahatan. Bahan radioaktif berenergi tinggi ini bisa digunakan untuk kesehatan.

"Bahan radioaktif ini aman karena radiasinya sudah diminimalkan. Penyembuhan juga fokus pada target sehingga tidak menyebar ke bagian lain," ujar peneliti nuklir bidang kesehatan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Fadil Nazir.

Kedokteran nuklir dimanfaatkan untuk diagnosa dan terapi. Kedokteran nuklir justru dirasa lebih aman dibanding rontgen biasa. Hal ini dikarenakan bahan nuklir tersebut ditelan pasien. Bentuk obat kebanyakan sirup atau serum suntik.

Untuk keperluan diagnosa, pasien menjalani pemeriksaan lima menit setelah menelan 'obat nuklir'.

"Dalam kedokteran nuklir, ada farmaka tertentu yang bersifat khas. Farmaka ini membimbing obat menuju satu sasaran,'' katanya. ''Nuklir selanjutnya akan memancarkan radiasi yang mampu ditangkap gamma camera."

Setiap bahan nuklir memiliki waktu paruh. Hal ini menentukan seberapa lama obat aktif di dalam tubuh. Setelah waktu paruh lewat, radiasi menjadi lebih kecil. Pancarannya relatif aman bagi lingkungan sekitar.

"Untuk pasien yang hanya melakukan diagnosa, mereka bisa langsung pulang. Karena, waktu paruhnya tidak lebih dari delapan jam. Sedangkan, pasien yang terapi itu biasanya harus menginap,'' kata Fadil.

Kalau bisa sebelum waktu paruh, pasien sudah buang air kecil. Sehingga, nuklir bisa cepat luruh. ''Lokasi buang air kecil tidak bisa sembarangan. Rumah sakit menyediakan tempat khusus," kata Fadil.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement