Sabtu 25 Feb 2012 12:25 WIB

Perceraian Meningkat, Keluarga Miskin Meroket

Pengadilan Agama Jakarta Selatan, ilustrasi
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  MAMUJU -- Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Barat, melaporkan tingkat perceraian bagi Pasangan Suami Istri (Pasutri) terbilang tinggi dengan capaian 500 pasangan/tahun.

"Data yang ada pada Jajaran Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil kemenag) Sulawesi Barat (Sulbar) dari tiga kantor Pengadilan Agama (PA) di daerah ini tercatat telah terjadi perceraian sekitar 500 pasutri/tahun," kata Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kemenag Sulbar, H Mufli BF saat membawakan materi pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang digelar di Hotel D Maleo, Mamuju, Sabtu.

Menurutnya, ada tiga kantor PA dari lima kabupaten yang tersebar di Sulbar diantaranya PA Polman, PA Majene dan PA Mamuju. Grafik tingkat perceraian pasutri pada tiga kantor PA ini cenderung meningkat walaupun belum signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Karena itu kata Mufli, meningkatnya perceraian Pasutri di Sulbar perlu disikapi karena perceraian itu akan bermuara pembentukan keluarga yang miskin. "Pemerintah sekarang ini telah menggalakkan berbagai kebijakan untuk memerangi kemiskinan. Kami sendiri, diberikan amanah untuk melakukan pembinaan keagamaan bagi pasutri melalui petugas penyuluh agama," kata dia.

Peran Kanwil Kemenag kata dia, dalam menanggulangi kemiskinan tetap ada walaupun tidak bisa berdampak secara langsung. "Pola kerja pembinaan kemiskinan itu dilakukan dengan cara menggiring pasutri untuk tetap membina keluarga yang harmonis. Kita tidak kehendaki ada perceraian sehingga keluarga itu justeru membentuk keluarga miskin," kata dia.

Jika program BKKBN telah mengkampanyekan "Cukup Dua Anak" kata Mufli, maka bisa jadi Kanwil Kemenag Sulbar mengambil slogan "Cukup Satu Istri". Mufli mengatakan, saat ini program unggulan jajarannya telah mencanangkan program gerakan keluarga sakinah mawaddah warahmah dan sertifikasi halal (Gema Samara Sehat).

Ia mengatakan, pelaksanaan program ini akan berlangsung hingga 2015 untuk menciptakan masyarakat yang memiliki norma keluarga bahagia dan sejahtera yang dilandasi etika moral serta akhlak mulia.

"Setiap pasangan keluarga tentu mendambahkan terbentuknya keluarga sakinah. Namun untuk mencapai tujuan itu bukanlah perkara mudah," katanya. Ia menambahkan, keluarga ini masih perlu mendapatkan pemahaman lebih banyak dari petugas penyuluh agama sehingga nanti menjadi keluarga yang sakinah.

"Gagasan program Gema Samara Sehat ini awalnya dilatarbelakangi rasa prihatin dengan meningkatnya angka perceraian. Jika perceraian tinggi maka jelas implikasinya akan menimbulkan keluarga yang tidak sejahtera," kata dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement