Ahad 05 Feb 2012 12:33 WIB

Hati-hati, Kawasan Wisata Bogor-Puncak-Cianjur Rentan Masalah

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Kawasan wisata Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur) dinilai lebih rentan terhadap berbagai masalah ketimbang daerah wisata Cibodas. Hal itu diungkapkan peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Tutut Sunarminto.

"Berbagai konflik sosial yang ditimbulkan oleh 'kemandulan regulasi' penataan ruang menjadi sangat krusial dalam proses pembangunan dan pengembangan ekowisata di Bopunjur dibanding Cibodas," katanya kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Ahas (5/3).

Melalui penelitian bertema 'Perencanaan Peningkatan Pembangunan Ekowisata di Kawasan Wisata Cibodas, Jawa Barat' yang juga untuk disertasi doktornya, ia mengemukakan bahwa kekuatan utama pada daerah wisata Cibodas (DWC) dan kawasan wisata (KW) Bopunjur yaitu status kepemilikan tapak utama adalah pemerintah.

Selain itu, juga didukung keanekaragaman dan kualitas objek serta atraksi wisata tinggi, serta dikenal luas secara nasional. "Namun, kelemahan di KW Bopunjur lebih rentan dibandingkan DWC," katanya menegaskan.

Dalam penelitian yang dibimbing Prof Dudung Darusman, Prof Hadi S Alikodra dan Dr Ricky Avenzora itu, ia mengemukakan bahwa peluang terpenting yang ada adalah kebijakan pemerintah untuk menjadikan wilayah KWC sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan, baik pada skala regional maupun pada skala nasional.

Menurut dosen Program Ekowisata IPB itu, kebijakan pemerintah tersebut akan menjadi 'platfom' dan motivasi utama bagi berbagai pemangku kepentingan, terkait untuk terus melakukan berbagai usaha pembangunan dan pengembangan ekowisata yang baik dan benar di wilayah tersebut.

Menurut dia, perencanaan ekowisata perlu disusun dengan pendekatan 'supply chain', 'demand chain', dan 'stakeholder chain'. Perencanaan dengan pendekatan 'supply chain' akan menitikberatkan pada konsep 'booked access', perencanaan dengan pendekatan 'demand chain' akan menitikberatkan pada konsep 'number of visitor' (jumlah kunjungan), dan perencanaan dengan pendekatan 'stakeholder chain' akan menitikberatkan pada konsep mengembalikan dan mengoptimalkan peran, fungsi dan kinerja masing-masing pemangku kepentingan.

Tutut Sunarminto mengatakan bahwa KWC di Kabupaten Cianjur itu telah menjadi destinasi wisata yang dikenal luas, tidak hanya secara lokal, namun juga secara nasional dan bahkan mancanegara.

Pembangunan cikal bakal Kebun Raya Cibodas (1830) dan penetapan cikal bakal Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP), telah menyempurnakan keindahan dan atraksi wisata di perkebunan teh yang telah dibangun di kawasan Puncak pada tahun 1728.

Pesatnya pertumbuhan wisata dan dampak negatif yang terjadi, kata dia, telah berdampak pada turunnya kualitas rekreasi yang diindikasikan rendahnya kepuasan rekreasi wisatawan. Penelitian perencanaan peningkatan pembangunan ekowisata di KWC yang dilakukannya betujuan untuk pertama, mengevaluasi rantai nilai aspek 'supply'.

Kedua, mengevaluasi rantai nilai aspek 'demand' (permintaan), dan ketiga mengevaluasi rantai nilai aspek 'stakeholder' (pemangku kepentingan), dan keempat merencanakan peningkatan pembangunan ekowisata KWC berdasarkan pendekatan 'bottom up' dengan emperhatikan rantai nilai aspek-aspek 'supply', 'demand', dan 'stakeholder.' Tutut Sunarminto dalam ujian disertasinya dinyatakan lulus, sehingga menjadi doktor baru di lingkungan IPB.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement