Rabu 18 Jan 2012 05:05 WIB

Perkecil Angka Kematian Ibu, Bagaimana Caranya?

Rep: Rosita Budi Suryaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Wanita hamil/ilustrasi
Wanita hamil/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Saat-saat kehamilan adalah saat paling rawan yang dihadapi oleh seorang perempuan. Selain memikirkan kesehatan badannya sendiri, ia juga harus memikirkan asupan gizi untuk pertumbuhan janin di dalam kandungannya.

Saat hamil, menurut ahli obsetri dan ginekologi, dr Damar Pramusinto, SpOG (K), adalah saat yang berisiko. Karena, menurutnya, banyak perempuan yang belum sadar bahwa gizi yang dipenuhinya harus lebih banyak dari saat sebelum ia hamil. Akibatnya, bisa fatal. Inilah yang menyebabkan angka kematian ibu masih besar. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih besar. Menurutnya, 55 persen terjadi karena pendarahan dan pre-eclampsia yang juga berkaitan erat dengan gizi yang buruk semasa hamil.

Saat hamil, kata dia, risiko yang dihadapi ada tiga hal. Resiko pertama, adalah kehamilan itu sendiri. “Kesehatan dan keadaan ibu hamil dan janin harus dijaga agar senantiasa sehat hingga lahir normal,” katanya, dalam acara Nutritalk di Jakarta, Selasa (17/1).

Risiko yang kedua, adalah kesehatan jangka panjang yang menyerang ibu. Sedangkan risiko yang terakhir adalah yang akan dihadapi pada anak hingga masa dewasanya. “Jika asupan nutrisi yang diterima saat ia masih di dalam  kandungan kurang, masa tumbuh kembangnya juga kurang optimal," jelasnya.

Beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil, misalnya, adalah anemia saat hamil, anemia saat melahirkan, pertambahan berat badan rendah, dan kekurangan energi kronis. Selain itu, Damar menambahkan, malnutrisi juga banyak terjadi pada ibu-ibu hamil di Indonesia. Kurangnya kecukupan gizi ini, bisa terjadi saat perempuan itu hamil, atau bahkan sebelum ia hamil. “Ini dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan akan berakibat buruk pada kesehatan janin di masa depan,” ujarnya.

Kondisi ini berdampak pada kesehatan ibu dan anak dalam kandungan. Antara lain meningkatkan resiko bayi dengan asfiksia (gangguan pernafasan), berat badan saat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur, hingga kematian ibu dan bayi. Selain itu, juga menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan, partus lama, aborsi, dan infeksi.

Ibu hamil dengan kondisi malnutrisi berisiko besar melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Ke depannya, anak tersebut juga berisiko memiliki IQ rendah dan tumbuh kembangnya kurang optimal. “Hal ini nantinya berisiko pada kelanjutan kualitas generasi berikutnya, jadi cucunya juga akan lebih buruk lagi.” Siklus ketidaksehatan ini akan selalu memutar, terus menerus. Generasi yang tumbuh kembangnya kurang optimal, nanti akan melahirkan anak yang kondisinya juga kurang sempurna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement