Rabu 11 Jan 2012 15:51 WIB

Sopir Terminal Tj Priuk Berseragam Hanya Saat Pagi

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Djibril Muhammad
Terminal Tanjung Priuk
Terminal Tanjung Priuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - 'Gerakan' seragam untuk para supir angkutan umum ternyata berhasil. Buktinya, para supir di terminal Tanjung Priuk hanya mengenakan seragamnya ketika pagi hari. Saat menjelang sore hingga malam, hampir semua supir tidak menggunakan seragam.

Hal itu diungkapkan Kepala Terminal Tanjung Priuk ML. Pattikawa, di Terminal Tanjung Priuk, Jakarta, Rabu (10/1). Ia mengaku pada pagi hari 100 pesen sopir baik angkutan kota (angkot), bus, mikrolet, maupun metromini mengenakan seragam.

Namun pada siang dan sore hari, Pattikawa mengaku masih banyak sopir yang tak berseragam. "Kalau siang 'ngak' nyampe 100 persen. Soalnya siang sore banyak sopir tembak," ujarnya Rabu (11/1).

Terkait hal itu, ia mengatakan pihaknya terus menggalakkan 'kampanye' seragam sopir. Tidaknya itu, pihaknya juga melakukan operasi selalu setiap hari. Pattikawa menegaskan, jika kedapatan para sopir tidak mengenakan seragam saat razia, maka mobinyal  akan diamankan. "Dikandangin mobilnya, kan batas toleransi sampai tanggal 9 kemarin," tuturnya.

Salah seorang sopir angkot yang ditemui tak berseragam, Roni (40) mengaku kesulitan untuk selalu taat berseragam. Pasalnya, baju yang dia dapat hanya satu. "Cuma satu, basah, ya gak pakai," ujarnya.

Jika ketahuan, menurutnya, surat-surat mobil akan disita. "Ditilang, surat-surat saja yang diminta bukan mobilnya," ujarnya. Hal serupa juga diungkapkan Darmanto (60) sopir angkot lainya. Ia menaku untuk menebus surat-surat tersebut cukup dengan uang.

Razia sopir tak berseragam disinyalir dari para sopir hanya digalakkan saat pagi. Namun menurut kepala terminal, sore juga diadakan razia.

Adapun mengenai sopir tembak, mereka mengaku kesulitan mendapat seragam dan surat karena peraturan yang ada hanya membolehkan dua sopir dalam satu mobil. Seperti ungkap Roni, sopir shift ketiga yang dianggap sopir tembak sulit terdaftar.

Para sopir berharap pembagian kaos yang mereka dapatkan tak hanya satu dan tidak dihitung per mobil. "Minimal dua lah per sopir. Bukan dua per mobil," tutur Roni yang dianggap sebagai ketua para sopir Tanjung Priuk oleh para koleganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement