Selasa 22 Nov 2011 20:08 WIB

Surabaya Ingin Bebas PSK, Diperkirakan Butuh 10 Tahun

Suasana di Gang Dolly, Surabaya
Foto: Antara
Suasana di Gang Dolly, Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Anda tahu istilah 'Gang Dolly'? Itu adalah nama kawasan di Surabaya yang tersohor sebagai area lokalisasi pekerja seks. Bahkan dikabarkan Gang Dolly adalah lokalisasi terbesar di Asia Tenggaa.

Kini Surabaya berniat 'membersihkan' kotanya dari PSK. Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya menyatakan, untuk menjadikan Surabaya bersih dari pekerja seks komersial (PSK) dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun.

Kepala Dinsos Surabaya Eko Haryanto, Selasa (22/11), mengaku tidak mampu membebaskan Surabaya dari PSK dalam waktu singkat. "Untuk menjadikan Surabaya bersih dari lokalisasi, sulit dilakukan dalam waktu dekat karena perlu penataan secara bertahap," katanya.

Menurut dia, setiap tahun Dinsos hanya mampu memulangkan sekitar 100 PSK ke kampung halamannya. "Itu pun kami melakukan kerja sama dengan dinas sosial Pemprov Jatim," ujarnya.

Selama ini Dinas Sosial Kota Surabaya setiap tahunnya hanya mampu mengentas sekitar 100 orang PSK. Tentunya dengan jumlah PSK yang tersebar di lima lokalisasi yang mencapai 2.200 orang, maka dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun.

Selain itu, lanjut dia, proses pemulangan PSK itu sendiri tidak mudah. Dinas Sosial harus memberikan pelatihan terlebih dahulu terhadap PSK maupun mucikari agar ketika mereka keluar dari pekerjaan itu, langsung bisa mandiri dengan membuka aneka usaha seperti membuka warung hingga salon.

Biasanya, lanjut dia, mereka yang mau pulang ini juga mendapatkan bantuan modal dari Pemprov Jatim sebesar Rp3 juta. Uang sebanyak itu dipakai oleh PSK untuk modal kerja. "Uang tersebut diberikan langsung oleh Pemprov Jatim kepada PSK yang bersedia meninggalkan profesinya," katanya.

Ia menambahkan, mengatasi persoalan lokalisasi di Surabaya tidak mudah. Di sana tidak hanya ada PSK dan induk semang, tetapi juga melibatkan masyarakat.

Keberadaan lokalisasi itu juga memberikan efek samping dengan menghidupkan denyut ekonomi warga karena munculnya berbagai usaha milik masyarakat setempat. Untuk itu, pihaknya dalam pelatihan kerja saat ini juga melibatkan masyarakat yang akan terdampak jika lokalisasi tutup

.

"Masyarakat yang dulu menggantungkan hidupnya dari keberadaan lokalisasi, mulai saat ini diberi pelatihan. Tujuannya agar mereka bisa membuka usaha baru ketika lokalisasi itu tutup nantinya," jelasnya.

Eko optimistis, meski terbilang lamban dalam pengentasan PSK, namun suatu saat keberadaan PSK di Surabaya akan punah. Pihaknya bekerja sama dengan pihak kecamatan dan kelurahan setempat yang terdapat lokalisasi, bertekad tidak menerima PSK baru.

Artinya jika ketahuan ada PSK baru, maka pemilik wisma diberi sanksi untuk memulangkan PSK tersebut ke kampang halamannya. "Jadi jumlah PSK akan menyusut setiap tahun karena memang kami menutup rapat kedatangan PSK baru. Di sisi lain, PSK yang sadar akan terus dipulangkan ke daerah asal," katanya.

Lokalisasi di Surabaya tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Benowo dengan lokalisasi Klakahrejo dan Moro Senang.  Kecamatan Krembangan dengan lokalisasi Dupak Bangunsari dan Tambak Asri, sedangkan Kecamatan Sawahan terkenal dengan lokalisasi Dolly dan Jarak.

Dalam waktu lima tahun terakhir ini jumlah PSK semakin turun. Pada tahun 2006, jumlah PSK di lima lokalisasi itu mencapai 8.000 PSK dan kini menyusut menjadi 2.200 PSK.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement