Kamis 17 Nov 2011 21:22 WIB

Gulat, 'Anak Tiri' yang Mendulang Emas bagi Indonesia

Rep: Maspril Aries/ Red: Djibril Muhammad
Aksi pegulat Indonesia, Muhammad Aliansyah (merah), mengalahkan pegulat Vietnam, Tan Ta Ngoc, untuk memastikan medali emas pertandingan gulat gaya Grego Kelas 60 Kg, di Arena Gulat SEA Games XXVI, Jakabaring Palembang, Sumsel, Senin (14/11).
Foto: Antara/Eric Ireng
Aksi pegulat Indonesia, Muhammad Aliansyah (merah), mengalahkan pegulat Vietnam, Tan Ta Ngoc, untuk memastikan medali emas pertandingan gulat gaya Grego Kelas 60 Kg, di Arena Gulat SEA Games XXVI, Jakabaring Palembang, Sumsel, Senin (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG - Atlet gulat Indonesia mampu merajai cabang olahraga gulat Sea Games XXVI di gedung serba guna Jakabaring, Palembang. Sampai, Kamis (17/11) prestasi pegulat Indonesia sangat membanggakan, mereka mampu mendulang empat medali emas dan satu medali perunggu bagi tim merah putih.

Gulat yang berasal dari Romawi memang bukan olahraga popular dibandingkan sepak bola, buku tangkis atau renang. Para pengurus di Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) merasakan cabang olahraga ini seperti 'anak tiri' yang kehilangan induk.

Apalagi, kini Ketua Umum PB PGSI Wafid Muharam tengah mendekam di balik jeruji, karena tersangkut kasus korupsi dan suap Wisma Atlet. Namun kondisi itu bukan halangan bagi Aliansyah dan Rustang yang pada hari pertama pertandingan cabang gulat di gedung yang berjarak sekitar 500 meter di luar komplek Jakabaring Sport City (JBC) untuk mendulang medali emas.

Di tengah ketiadaan ketua umum, pengurus PB PGSI pun harus melengkapi segala kebutuhan dan perlengkapan bagi venues gulat seperti matras dan perangkat teknologi informasi atau IT.

Menjelang pembukaan SEA Games saat dilakukan tes event cabang gulat pengurus PGSI mengeluhkan keberadaan matras yang tidak memenuhi standar federasi gulat Asia dan dunia. Matras yang tersedia di gedung serba guna Jakabaring merupakan peninggalan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 2004 di Palembang lalu.

Dody Iswandi Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PB PGSI) mengatakan, "PGSI terancam dikeluarkan keanggotaannya dari federasi gulat dunia bila tetap menggunakan matras lama pada SEA Games nanti."

Federasi gulat dunia atau Federasi Internasional Styles Associated Wrestling (FILA) akan mengenakan sanksi pada PGSI bila pada pertandingan cabang gulat SEA Games XXVI tidak menggunakan peralatan tanding yang baru dan berstandar Asia. Sampai Rabu, 2 November panitia penyelenggara gulat belum mendapat kiriman matras baru dari Inasoc.

Menurut Dody Iswandi kebutuhan untuk peralatan pertandingan cabang gulat sudah disampaikan ke Inasoc Pusat berulang kali sejak satu tahun lalu. "Jangan salahkan kami kalau Indonesia dikeluarkan dari FILA karena memakai alat bekas," katanya.

Itu merupakan problem awal yang dihadapi cabang gulat. Kemudian pada saat pelaksanaan pertandingan cabang gulat yang mendapat perhatian langsung dari Presiden FILA untuk Asia Kim Chang Kiew.

Menurut Dody, selama keberadaan Presiden FILA Kim Chang Kiew ternyata fasilitas kendaraan yang digunakannya hanya sebuah mobil Toyota Avanza, bukan Camry. "Padahal dia datang jauh-jauh untuk memberikan dukungan dan memantau perkembangan pertandingan SEA Games," ungkapnya.

Perlakuan bak 'anak tiri' tersebut tidak menyurutkan atlet gulat Indonesia untuk berlaga mempersembahkan medali emas. Justru mereka semakin terpacu demi mengejar target enam medali emas seperti yang ditargetkan PB PGSI.

"Dengan kondisi seperti ini para atlet terus berjuang untuk merah putih. Semangat mereka tetap besar untuk menjuarai kompetisi, dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dan memberikan semua yang terbaik bagi bangsa ini," tambah Dody Iswandi, Kamis (17/11),

Pasca-SEA Games PB PGSI masih harus berbenah. "Ke depan PGSI akan mencari sosok ketua umum yang mampu mendanai pembinaan cabang gulat sekitar Rp 10 miliar per tahun," ujar Dody

Dana sebesar Rp 10 miliar yang dibutuhkan PGSI tersebut adalah untuk sparing partner ke luar negeri dan training pelatih yang nerupakan dua program penting. "Jika dua hal tersebut bisa terpenuhi mampu membuat atlet gulat Indonesia tampil di ajang internasional, bahkan juara Asia. Selama ini pendanaan berasal dari Kemenpora dan beberapa perusahaan yang peduli yang masih sangat minim," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement