Senin 07 Nov 2011 15:45 WIB

Tengah Dikaji, Pasak Bumi sebagai Obat Malaria

Rep: neni ridarineni/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Tim Peneliti Fakultas Kedokteran UGM meneliti Pasak Bumi sebagai obat anti malaria. Tim ini sudah mulai meneliti sejak 10 tahun yang lalu.

Hal itu dikemukakan salah seorang anggota tim peneliti Akar Pasak Bumi dari Fakultas Kedokteran UGM Eti Nurwening  Sholikhah pada jumpa pers dalam rangka Simposium Internasional Gabungan Internasional ke-2 yang bertema "Frontier in Bimedical Sciences: From Genes to Aplications", di Gedung KPTU Fakultas Kedokteran UGM, Senin (7/11).

Eti yang juga sebagai Koordinator Simposium mengatakan dia meneliti obat anti malaria di samping dari akar pasak bumi juga dari sintesa senyawa turunan 1.10 fenantrolin. Untuk pasak bumi sudah sampai dujikan pada manusia sehat, sedangkan untuk dari sintesa baru diujikan pada hewan.

Akar pasak bumi sebagai obat anti malaria ini sedang dalam proses hak paten dan tim peneliti fakultas kedokteran UGM sudah melakukan kerjasama dengan salah satu pabrik farmasi di Indonesia. Hasil penelitian ini  untuk sampai dproduksi menjadi obat kemungkinan masih dperlukan waktu sekitar 10 tahun lagii Akar pasak bumi ini merupakan kearifan lokal yang sejak dulu digunakan oleh masyarakat di Kalimantan sebagai obat anti malaria.

Lebih lanjut dia mengemukakan penelitian tentang pengembangan obat termasuk salah satu dari lima topik yang akan disampaikan dalam simposium ini. Sedangkan topik lainnya adalah pnyakit degeneratif, , penyakit infeksi, kesehatan reprioduksi, gizi.  Dalam simposium gabungan internasional ke dua yang akan diselenggarakan tanggal 17-18 November akan  melibatkan peneltian dalam ilmu kedokteran dasar termasuk pada tingkat molekuler, ilmu kesehatan masyarakat dan klinis .  

Yang akan lebih difokuskan dalam simposium ini terutama tentang penyakit degeneratif (penyakit tidak menular) Karena di Indonesia kini lebih banyak penyakit tidak menular  dan kasusnya meningkat. Dari data Departemen Kesehatan di Indonesia penyakit tidak menular tahun 1995 mencapai 41,7 persen, sedangkan tahun 2007 mencapai 59,5 persen. ''Jadi sekarang kasus terbanyak penyakit di Indonesia bergeser ke penyakit tidak menular.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement