Senin 26 Sep 2011 20:33 WIB

Demo Rusuh, Plt Gubernur Sumut Nyaris Dikepung Massa

Rep: Nian Poloan/ Red: Chairul Akhmad
Puluhan petani dari berbagai daerah di Sumatera Utara yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara, melakukan aksi unjuk rasa di kantor Gubernur Sumut, di Medan.
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Puluhan petani dari berbagai daerah di Sumatera Utara yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara, melakukan aksi unjuk rasa di kantor Gubernur Sumut, di Medan.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN – Pelaksana tugas (Plt) gubernur Sumatera Utara (Sumut), Gatot Pujonugroho, luput dari kepungan massa pendemo Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumut, yang marah karena aspirasinya tidak pernah ditanggapi.

Peristiwa ini mengingatkan kasus kematian Ketua DPRD Sumut, Alm Azis Angkat, di tangan pendemo, karena merasa aspirasinya juga tidak ditanggapi pihak legislatif. Peristiwa itu terjadi persis ketika tengah berlangsung rapat paripurna penyampaian laporan hasil kunjungan kerja (Kunker) DPRD Sumut ke kabupaten/kota di daerah.

Rapat yang langsung dihadiri Gatot, baru saja berlangsung, ketika kemudian ribuan massa SPI memenuhi halaman kantor DPRD Sumut. Atas usul anggota dewan, Gatot sepakat untuk menemui ribuan petani yang berdemo di luar gedung.

Kebijakan menemui para petani yang sedang menyampaikan aspirasinya tersebut berawal dari interupsi anggota Komisi A DPRD Sumut, Syamsul Hilal. "Di luar, massa rakyat ada di gedung kita. Mereka ingin bertemu pimpinan dewan dan Plt Gubernur, Kapolda, dan juga BPN. Sebaiknya kita temui dulu mereka dan skors rapat ini," ujar Syamsul.

Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga, sebelumnya menolak usul itu dan mengajak anggota dewan  menyelesaikan sidang paripurna, baru kemudian menemui rakyat. Namun Syamsul Hilal bersikeras agar sidang diskors dan menemui rakyat terlebih dahulu. Gatot, yang ingin bertangungjawab terjadap rakyatnya, pun setuju dan akhirnya rapat diskors 10 menit.

Di hadapan ribuan petani, Gatot mengatakan pihaknya merespon apa yang menjadi masalah petani, khususnya mengenai konflik tanah. Dia menyebutkan, untuk mengatasi masalah tersebut, di DPRD Sumut telah dibentuk pansus tanah.

Begitu pun di eksekutif, telah dibentuk kelompok kerja untuk penyelesaian kasus tanah tersebut, terdiri dari beberapa Pemkab dan Pemkot, antara lain Pemkab Deli Serdang dan Pemkot Binjai, unsur PTPN II, dan BPN. "Tuntutan ini akan menjadi bagian dari informasi yang akan disampaikan ke Pansus. Dan paripurna yang kita laksanakan hari ini, juga dalam rangka merespon tuntutan rakyat," ujarnya.

Setelah menerima pernyataan dari pendemo. Gatot dan jajaran anggota dewan kembali ke dalam dan melanjutkan sidang. Sementara Ketua Komisi A, Hasbullah Hadi, dan anggota Komisi A, Syamsul Hilal, masih menemui para demonstran.

Melihat gubernur dan pimpinan dewan pergi, para pendemo mulai marah. Mereka merangsek maju dan berusaha masuk ke dalam ruangan kantor DPRD Sumut. Petugas polisi dari Sabhara dan Brimob yang sudah siaga, berusaha menghalangi. Sempat terjadi dorong-dorongan, sampai bangunan pagar besi doyong akibat didorong massa. Lemparan benda-benda keras pun mulai terjadi, situasi mulai tidak kondusif.

Mencium gelagat kurang baik ini, rapat paripurnan pun terpaksa ditutup dan gubernur dilarikan ke luar ruangan melalui pintu samping, yang menembus ke pekarangan kantor Bank Mandiri di sebelahnya.

Gatot pun luput dari kejaran massa, yang belakangan baru menyadari buruannya sudah sempat ke luar. Mereka kemudian melampiaskan kemarahannya dengan ‘mengejar’ gubernur ke kantornya, yang berjarak sekitar 1,5 kilometer. Di sana, massa kembali berdemo dan mendesak pemerintah serius memerhatikan nasib petani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement