Selasa 26 Jul 2011 17:58 WIB

Penderita Kanker akan Mencapai 20 Juta Orang pada 2020

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK--Pakar penyakit kanker dari Belanda Prof APM Heintz MD Phd memperkirakan penderita penyakit kanker ginekologi di dunia akan mencapai 20 juta orang pada 2020. "70 persen dari mereka akan tinggal di negara yang hanya memiliki lima persen dari uang yang tersedia untuk mengobati kanker," katanya pada pidato ilmiah ketika menerima gelar honoris causa di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Depok, Selasa.

Ia mengatakan, kanker ginekologi terutama kanker serviks merupakan penyakit dari dunia berkembang, 80 persen dari pasien kanker serviks hidup di negara berkembang, sementara kanker payudara memiliki insiden tertinggi di dunia barat. "Kanker leher rahim secara teoritis dapat dicegah, dan kanker payudara tidak bisa," katanya.

Menurut dia, ada ancaman lebih untuk kesehatan dibandingkan kanker. Sekitar satu juta orang setiap tahun meninggal dunia akibat malaria maupun TBC. "Banyak orang meninggal setiap tahun karena mereka tidak memiliki air minum yang bersih," ujarnya.

Hal itu, katanya, merupakan fakta yang perlu mendapat perhatian dan harus melihat dampak yang menghancurkan dari kanker ginekologi dalam perspektif yang lebih luas. Ia mengatakan, perjuangan melawan kanker harus menjadi prioritas nomor satu di dunia berkembang tetapi perawatan kesehatan bagi perempuan harus menjadi prioritas nomor satu, termasuk perawatan kanker ginekologi.

Heintz mengatakan, saat ini kita memiliki alat untuk mencegah kanker serviks yaitu dengan cara vaksinasi namun harga 400 dolar AS per orang masih terlalu mahal bagi dunia berkembang. Menurut dia, Indonesia masih banyak membutuhkan ahli onkologi ginekologi.

Dalam onkologi modern, pasien yang dirawat oleh tim spesialis yang terdiri dari ahli bedah, ahli onkologi medis, radiotherapists, patolog, perawat dan pekerja sosial. Ia mengatakan, ahli onkologi yang bekerja tidak pernah dapat mencapai tingkat kompetensi dari tim multidisiplin. Ini kerja tim memiliki konsekuensi keuangan, tetapi biaya lebih tinggi dibayar kembali oleh peningkatan kualitas pelayanan, katanya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement