Selasa 24 May 2011 19:08 WIB

Kurang Vitamin D? Selain Buat Tulang Rapuh, Risiko Diabetes Jadi Tinggi

Matahari, sumber utama pembentukan vitamin D (Ilustrasi)
Matahari, sumber utama pembentukan vitamin D (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE - Apakah anda sudah memastikan mendapat cukup asupan vitamin tiap hari? Patut diwaspadai, kadar vitamin D rendah dalam sirkulasi darah ternyata berisiko tinggi mengembangkan kondisi diabetes, demikian studi terbaru yang dilakukan di Australia.

Setelah mengikuti perkembangan 5.000 partisipan selama lima tahun, periset menemukan mereka yang memiliki kadar vitamin D lebih rendah dari rata-rata, mengalami peningkatan risiko hingga 57 persen mengalami diabetes tipe 2 dibanding dengan orang-orang dengan kadar vitamin D yang direkomendasikan.

"Studi yang kami lakukan menyimpulkan bahwa darah dengan kadar vitamin D tinggi dari yang direkomendasikan untuk kesehatan tulang, ternyata dibutuhkan untuk mengurangi risiko diabetes tipe 2," ujar pemimpin penelitian, Dr Claudia Gagnon, dari Western Hospital, University of Melbourne, Australia, dimana studi dilakukan.

Vitamin D diproduksi oleh tubuh sebagai respon paparan cahaya matahari dan juga diasup secara alami dalam sejumlah makanan, seperti telur, ikan kod dan salmon. Vitamin ini, berkolaborasi dengan kalsium, dikenal dengan perannya sebagai pembangun tulang.

Pakar kesehatan merekomendasikan dosis asupan harian vitamin D untuk orang dewasa sekitar 600 IU demi menjaga kadar sirkulasi dalam rentang normal.

Studi di masa lampau menyimpulkn bahwa vitamin D juga membantu kadar gula dalam darah selalu terkontrol. Dalam penyakit diabetes 2, bentuk yang paling umum, tubuh tak dapat lagi menggunakan insulin yang diproduksi tubuh secara efektif untuk mengontrol kadar gula darah. Vitamin D bisa jadi berperan penting meningkatkan pelepasan insulin tadi, ujar Gagnon.

Untuk melihat apakah sirkulasi kadar vitamin D dan konsumsi kalsium berpengaruh terhadap sensitifitas insulin dan risiko diabetes, tim Gagnon memeriksa kadar vitamin D dalam darah 5.200 orang yang tak memiliki keluhan diabetes. Setelah 5 tahun, sekitar 200 partisipan memperlihatkan tanda-tanda awal gejala diabetes. Periset pun mengukur kadar vitamin D dalam tubuh mereka masing-masing sekali lagi.

Periset menemukan bahwa sekitar 6 dari seratus orang, dengan kadar vitamin D rendah, di kemudian hari mengembangkan kondisi diabetes dibanding mereka yang memiliki kadar vitamin D dianjurkan.

Ketika para periset mengkaji lebih detail faktor risiko diabetes lain, seperti usia, lingkar pinggang dan riwayat kesehatan keluarga, risiko partisipan dengan kadar vitamin D rendah, menjadi 57 persen lebih tinggi ketimbang mereka yang memiliki vitamin D kadar tinggi.

Kalsium sebenarnya juga diyakini berpartisipasi dalam pelepasan insulin, namun periset tak menemukan tautan antara mineral tersebut dengan perkembangan diabetes lebih lanjut.

"Namun penemuan kami belumlah membuktikan sebab dan akibat,"ujar Gagnon. Ia menegaskan studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan apakah suplemen vitamin D memang membuat perbedaan nyata dalam risiko diabetes, untuk memastikan kadar vitamin D optimal yang dibutuhkan tubuh untuk meminimalkan penyakit tersebut.

Menanggapi studi tersebut, asisten profesor kedokteran dari  University of Washington di Seattle, Ian de Boer mengatakan sulit untuk mengetahui pasti kaitan antara vitamin D dan diabetes.

Namun, imbuhnya obesitas dan kecenderungan malas bergerak, faktor terbesar pemicu diabetes 2 bisa jadi penyebab kadar vitamin D rendah dalam darah, ujar Boer. Ia sendiri tidak terlibat dalam studi yang dilakukan di Australia tersebut.

Vitamin D juga dikaitan dengan risiko rendah terpapar asma, penyakit jantung dan jenis kanker tertentu. Namun tak ada bukti cukup kuat yang menunjukkan konsumsi suplemen dapat membantu meringankan risiko penyakit tadi.

Sumber utama vitamin D adalah matahari, namun ikan salmon dan produk susu dan turunannya juga mengandung banyak vitamin tersebut, ujarnya.

Ia menekankan cara terbaik mengurangi risiko diabetes tetaplah berolahraga dan memiliki pola makan sehat. "Saya pikir tak ada informasi cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin D benar-benar mengurangi risiko diabetes, " ujarnya.

sumber : Msnbc.com/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement