Selasa 10 May 2011 11:34 WIB

Duh... 1.500 Guru Pacitan tak Lolos Uji Kompetensi

REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN - Sebanyak 1.500 guru atau sekitar 30 persen dari total tenaga pendidik di Kabupaten Pacitan yang berjumlah 5.000 orang lebih dinyatakan tidak lolos uji kompetensi mengajar. Kenyataan tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Pacitan Heru Wiwoho, Selasa, tepatnya setelah dirinya menerima laporan hasil uji kompetensi yang selenggarakan Universitas Negeri Surabaya (UNS), beberapa waktu lalu.

"Banyak sekali yang belum lulus uji kompetensi. Kalau mengacu hasil laporan yang disampaikan UNS ini, jumlahnya mencapai 30 persen lebih," ungkapnya.

Lebih lanjut heru mengatakan, mayoritas guru yang tidak lulus uji kompetensi didominasi oleh tenaga pendidik di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK). Ada beberapa hal yang membuat mereka tidak lulus, di antaranya adalah terkait profesionalisme, penguasaan materi ajar, serta kecakapan dalam membangun suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi peserta didik.

Heru menjelaskan, rencananya pihaknya akan kembali menggelar uji kompetensi lanjutan dengan menggandeng perguruan tinggi lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembanding dalam segi jumlah maupun kwalitas. "Setiap universitas punya acuan berbeda dalam penentuan nilai uji kompetensi. Jadi hasil dari satu perguruan tinggi bisa berbeda dengan yang lainnya," terang Heru.

Menilik dari pos APBD, tampaknya upaya peningkatan kompetensi itu belum bisa terlaksana tahun 2011 karena belum dianggarkan.  Diperkirakan, kondisi kemampuan para guru saat ini tidak jauh berbeda dengan ketika pelaksanaan uji kompetensi tahun 2009.

Meski demikian, untuk memastikannya diperlukan penyelenggaran tes kompetensi lanjutan. Salah satu metodenya yakni para guru mengerjakan soal ujian nasional (UN). Bila hasil pengerjaannya benar, potensi guru dapat dinyatakan bagus. Namun jika sebaliknya, maka perlu peningkatan kualitas para pendidik.

Selain menghadapi masalah kompetensi guru, rendahnya minat meneruskan ke jenjang pendidikan hingga wajar (wajib belajar) 12 tahun mendapat perhatian serius dinas pendidikan setempat. Sebab, katanya, sejauh ini jumlah peserta UN tingkat SMA/MA/SMK tahun ini tercatat hanya 4.359 siswa.

Angka keikutsertaan ini jauh menyusut dibanding jumlah peserta UN SMP/MTs pada periode sama yang mencapai 8.238 siswa. Artinya, ada ribuan lagi anak didik yang tidak meneruskan jenjang pendidikan atau terhenti di tengah jalan, katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement