Rabu 17 Jan 2018 19:27 WIB

Rasa Malu Jadi Problema Pengobatan Infertilitas

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Bayi baru lahir
Foto: pixabay
Ilustrasi Bayi baru lahir

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Merasa malu dan cenderung menutup diri masih menjadi problem infertilitas (gangguan kesuburan) di Indonesia. Dari sekian banyak problem infertilitas yang mengemuka, hal ini mengakibatkan pasangan suami isteri (pasutri) enggan memeriksakan dirinya ke dokter.

Pakar Andrologi Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang, Prof DR dr H Taufiqurrachman MKes SpAnd mengatakan, dibandingkan ketidaktahuan, keengganan ini justru jamak disebabkan karena mereka malu untuk berkonsultasi.

"Padahal, di dunia medis rasa malu itu harus dibuang jauh- jauh, agar pasutri dapat berikhtiar dan bisa dikaruniai keturunan," katanya di hadapan mahasiswi Akademi Kebidanan (Akbid) Al HikmahJepara, Rabu (17/1).

Menurut Taufiq panggilan akrab Taufiqurrachman pemeriksaandan konsultasi dengan dokter di bidangnya penting untuk mengetahui di mana faktor yang masih menghambat dalam mendapatkan keturunan. "Apakah dari pihak laki-laki atau daripihak perempuan. Tanpa konsultasi dan pemeriksaan oleh medis, persoalan infertilitas ini tidak aka nada solusinya. Makanya, pemeriksaan ini pentingdan harus berani malu," jelasnya.

Ia juga menyampaikan, pentingnya pemeriksaan bagi pasutri infertilitas, harus disosialisasikan. Tak terkecuali kepada mahasiswi AKBID Al Hikmah yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di tengah masyarakat.

Semakin cepat pasutri memeriksakan kepada dokter mengenai problem infertilitas, juga akan semakin cepat tertangani. Hal ini juga akan membuka harapan untuk bisa memperoleh keturunan.

Menurut Taufiq, secara medis ada beberapa faktor pemicu infertilitas. Pemicu yang dimaksud bisa datang dari pihak suami atau sebaliknya dari istri. Dari suami, yang paling sering terjadi adalah kelainan sperma.

Selain itu, faktor infertilitas ini juga bisa dipicu oleh persoalan abnormalitas (kelainan) ejakulasi dan ereksi, infeksi pada alat reproduksi pria serta karena faktor lingkungan. Sedangkan pada pasangan perempuan, beberapa kasus yang jamak ditemukan adalah karena gangguan ovulasi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh hormon, stres dan dampak penggunaan obat obatan.

"Persoalan-persoalan atau faktor yangdapat memicu infertilitas ini tidak mungkin bisa diketahui selama pasutri masih tetap malu dan enggan untuk memeriksakann diri kepada dokter," kata Taufiq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement