Rabu 13 Jan 2016 15:00 WIB

Pasar Induk Nan Ramah

Red:

Aroma buah jeruk yang manis dan segar menyambut Republika begitu memasuki pintu gerbang Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Senin (11/1). Dari depan gerbang, pasar yang berada di Jalan Benteng Betawi ini tidak tampak selayaknya sebuah pasar induk.

Bangunan depan pasar berwarna biru-merah dengan aksen persegi membuatnya lebih tampak seperti jajaran ruko modern. Di bangunan depan itu, berjajar belasan kios buah-buahan. Tidak semua buah tampak tersedia di sana. Beberapa yang terlihat, yakni jeruk, apel, pir, kelengkeng, dan mangga ditempatkan dalam boks-boks dan kardus, menanti dibeli.

Republika lantas masuk ke dalam pasar lewat pintu utama. Dari sini, suasana pasar induk mulai terasa. Ada mobil boks dan mobil pikap yang berjajar. Beberapa pedagang dan pemasok tampak berbincang sambil memeriksa buah-buahan. Tak lupa, tenaga portir membongkar dan menaikkan boks-boks buah.

Para portir yang tidak bekerja duduk-duduk di pinggir jalan blok sambil minum teh, mengunyah gorengan, merokok, atau hanya sekadar menggoda pelayan warteg yang hilir mudik mengantarkan pesanan.

Kesibukan pagi di Pasar Induk Tanah Tinggi tidak terasa menyesakkan. Sebab, kondisi pasar tampak cukup bersih dengan terpaan cahaya yang memadai. "Kalau belum menjelang siang hari, pasar ini memang masih lengang. Jam segini (pukul 10.00 WIB), kegiatan bongkar muat baru untuk buah-buahan saja," ujar Deden Suhadi (23 tahun), salah satu pemilik kios buah.

Deden pun bercerita tentang pengalaman berjualan di Pasar Induk Tanah Tinggi. Dirinya mengaku baru tiga tahun berjualan, mengikuti sang ayah. Menurut dia, ada keuntungan tersendiri berjualan di pasar itu.

Pesanan buah, kata Deden, memiliki jangkauan pembeli yang luas. Baik pedagang pasar, restoran, maupun rumah tangga diakui senang datang ke pasar yang berdiri pada 2000 silam. "Mungkin juga karena blok buah letaknya di depan, jadi mudah dijangkau pembeli. Namun, saya tetap sepakat jika kondisi pasar yang lebih bersih dibandingkan pasar lainnya sangat mendukung kami," ucapnya.

Republika lantas menyusuri blok-blok yang terletak di belakang blok A dan B. Suasana terasa lebih tradisional karena banyak pedagang bercakap dengan bahasa Sunda dan Jawa.

Lagu-lagu dangdut diputar dengan pengeras suara, bersahut-sahutan dengan lagu pop Malaysia era 1990-an. Di dalam blok, para pedagang sibuk membongkar berbagai sayuran. Kesibukan di Pasar Induk Tanah Tinggi mulai merambat saat menjelang tengah hari. Ragam sayuran segar warna-warni dan aneka bumbu dapur digelar pedagang di bawah paparan sinar lampu neon.

Saat melintasi blok demi blok, pedagang menyapa ramah. Mayoritas menanyakan barang yang dibutuhkan. "Kacang panjangnya baru datang, Non. Mumpung masih murah, Rp 1.500 per ikat," sapa salah satu pedagang.

Sejak menelusuri blok A hingga berhenti di blok F, secara umum tidak tampak kesan kumuh di Pasar Induk Tanah Tinggi. Sampah memang bertebaran di beberapa titik. Namun, kondisi lantai pasar bersih lantaran dilapisi semen kering dan minim debu. Cahaya yang masuk ke setiap blok pun memadai karena bentuk fisik blok berupa alas dan atap.

Dengan kondisi demikian, gerah udara saat siang hari tidak begitu terasa saat berada di dalam pasar. Kondisi ini berbeda jauh dengan Pasar Anyar, Kota Tangerang, dan Pasar Ciputat, Kota Tangerang Selatan, yang sangat padat penjual dan terkesan sumpek.

Tiur (40), seorang pengusaha warteg di Kota Tangerang, mengaku nyaman berbelanja ke Pasar Induk Tanah Tinggi. Dalam sepekan, dia mengaku tiga kali mengunjungi pasar tersebut. "Belanja untuk keperluan beberapa warteg saya. Saya senang karena pasarnya bersih, sayurannya bermutu baik, dan harga grosirnya meringankan para pedagang warteg," katanya.

Menjaga kebersihan (sub judul)

Manajer Umum Pasar Tanah Tinggi Zamaludin mengatakan, pihaknya sudah sejak 2000 lalu mengelola Pasar Induk Tanah Tinggi. Selama 15 tahun mengelola pasar, menjaga kebersihan diakuinya menjadi prioritas.

"Pasar ini kan skalanya nasional. Pemasok dan pembelinya lintas daerah, mulai dari Banten, Jawa Barat, hingga Lampung. Karena itu, kami tekankan agar pasar terawat baik sehingga mampu menampung pasokan sayur dan buah secara memadai," kata Zamaludin saat dijumpai Republika di kantornya, Senin.

Untuk menjaga kebersihan pasar seluas tiga haktare tersebut, pengelola mempekerjakan 55 orang tenaga penyapu pasar. Dalam sehari, ada dua periode penyapuan pasar. Pagi hari, pasar dibersihkan sejak pukul 04.00 WIB sampai 10.00 WIB. Tukang sapu kembali membersihkan pasar sejak pukul 13.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Selain itu, pihak pengelola pasar juga mengadakan sistem pembersihan pasar dengan menyemprot area pasar setiap dua pekan sekali. "Kami gunakan hidran yang ada untuk menetralisasi area pasar agar minim debu," ungkap Zamaludin.

Saat disinggung tentang harga sayur dan buah yang stabil, Zamaludin mengatakan, pengelola berusaha mengatur agar pedagang tidak mengambil terlalu banyak stok sayur dan buah. Stok barang, lanjutnya, harus dijaga agar tidak melebihi permintaan umum dan permintaan pemasok. n c36 ed: endro yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement