Kamis 09 Oct 2014 18:30 WIB

Kecantikan dari Dalam

Red: operator

Kecantikan wanita bukan dari penampilan luarnya, melainkan keindahan batin tanpa polesan.

Eleanor Roosevelt, istri dari Presiden ke-32 Amerika Serikat (AS) Franklin D Roosevelt pernah membela diri saat dijuluki “wanita tua” oleh ibunya sendiri. Julukan itu diarahkan kepadanya karena penampilan dia yang dianggap kuno, tanpa rias, dan tidak modis.

Saat itu Eleanor menjawab dengan lantang, “Tidak peduli seberapa polos wajah seorang wanita jika kebenaran dan kejujuran tergambar di wajahnya, dia akan tampak cantik.” Kalimat itu kemudian mendorong semua wanita untuk tampil apa adanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto-foto:Raisan Al Farisi/Republika

Sosok Eleanor menjadi simbol kekuatan sekaligus kecantikan seorang wanita. Dia menjadi first lady yang mengadakan konferensi pers pribadi, menulis di kolom surat kabar, dan berbicara pada konvensi nasional. Pada beberapa kesempatan, dia bahkan secara terbuka tidak setuju dengan kebijakan suaminya. Eleanor, memancarkan apa yang orang sebut dengan inner beauty, kecantikan dari dalam.

Di negeri kita, sosok-sosok wanita dengan “kecantikan dari dalam” pun tak sedikit. Kolonialisme yang kelam telah melahirkan perempuan-perempuan dengan pemikiran kritis, seperti RA Kartini dan Dewi Sartika. Kecantikan mereka tak hanya terpancar dari wajah semata, namun lebih dalam lagi, dari hati.

Mengutip kalimat seorang trainer inner beauty, Kartini S Kaspan, “Tetapi di mata saya, perempuan yang bersahaja ini memiliki inner beauty luar biasa, serta patut menjadi inspirasi kecantikan sejati bagi perempuan negeri ini.” Begitu pendapatnya tentang sosok RA Kartini.

Tema “Inner Beauty” inilah yang menarik minat seorang seniman muda Indonesia, Rb Ali, untuk diangkat ke dalam sebuah pameran tunggal miliknya. Tema yang sekilas terdengar “umum” ini dia ubah menjadi deretan karya yang menyimpan pesan-pesan khusus darinya, “Bahwa semua wanita itu terlahir cantik”.

Tema yang dia bawakan, “Inner Beauty”, mengusung arti secara bebas, keindahan rohaniah, atau keindahan yang bersumber dari dalam batin. “Kait mengaitnya dengan karya yang mewujud pada bentuk deformatik dan pendistorsian figur-figur, yakni sebuah tafsir tersendiri,” ujar Bambang Subekti selaku Ketua Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM).

 

 

 

 

 

 

 

 

Bertempat di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, pameran ini mencoba mengangkat sosok wanita, bukan hanya penampilan fisiknya, melainkan jauh ke dalam, yang mungkin tidak terlihat dengan kasat mata. Dalam pameran yang berlangsung hingga 13 Oktober mendatang, Rb Ali dapat merasakan dan memvisualisasikan tema itu melalui karya-karyanya.

Lukisan-lukisan yang disajikan, selain bertemakan wanita, Rb Ali juga menampilkan beberapa lukisan realis yang menawarkan suatu perenungan tentang makna kehidupan manusia dalam menyikapi perubahan zaman.

Dalam sebuah obrolan di sela-sela tur pameran, dia sempat mengutarakan kepada Republika soal behind the scene dari pamerannya yang bagi sebagian orang terkesan “nakal” ini. Mas Bejo, sapaan akrab Rb Ali, mengaku bahwa ide awalnya, yakni dari persepsinya tentang sosok wanita. “Bagi saya wanita itu cantik. Enggak perlu dipoles macam-macam,” katanya.

Ali juga mengungkapkan keprihatinannya bahwa wanita masa kini terobsesi dengan kecantikan semu yang justru membuat cantiknya malah hilang. “Saya sendiri takjub, pembukaan pameran saya tepat dengan kabar tentang Malinda Dee yang melakukan operasi payudara untuk kesekian kalinya,” ujarnya mengambil perumpamaan.

Operasi plastik dan make-up yang keterlaluan bagi Ali justru menjadi topeng yang menyembunyikan jati diri wanita tersebut. Pameran ini, menurutnya, merupakan upaya untuk “menelanjangi” kecantikan wanita tanpa mengunggulkan “topeng-topeng” tadi.

Selain mengangkat tema tentang wanita secara umum, lukisan-lukisan Rb Ali juga berangkat dari pemahamannya tentang sosok istrinya. Dia merasakan energi positif yang disalurkan sang istri kepadanya selama berkarya sebagai seorang seniman. “Saya menyadari energi ini,” ujarnya. Apalagi, setelah sekian lama hidup bersama istri dan kedua anaknya. Langsung atau tidak langsung, lukisan yang dihasilkan dalam empat tahun terakhir ini seperti berangkat dari sumber terdekatnya itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengutip kuratorial oleh Rip V Dinar, karya-karya Rb Ali kerap kali mengandung ornamen-ornamen dengan corak warna geometris. “Rb Ali sangat yakin pada pilihan yang sudah dipertimbangkan sejak awal. Walaupun terkadang dijumpai karya agak berbeda tetapi dengan tarikan napas yang sama,” kata Dinar menjelaskan.

Beberapa lukisan karya Rb Ali bermedia akrilik di atas kanvas, misalnya “Metropolis” berukuran 110 x 80 cm, “Passion” yang terdiri atas tiga panel, kemudian “Di Antara Fitnah dan Pilihan” berukuran 80 x 60 cm yang satu-satunya lukisan hitam putih.

Wanita-wanita dalam lukisan Rb Ali tidak digambarkan secara vulgar, juga tidak ada unsur erotis yang keterlaluan. Goresan dan warna pada tubuh wanita begitu artistik. Tubuh wanita begitu gemulai bak penari terasa melankolis.

Ada satu lukisan agak berbeda, “Simphoni Hati Malam” yang menggambarkan seorang pemain biola wanita. Rb Ali menyisakan ruang kosong hampir separuh bidang kanvas dengan warna putih. Tubuh seorang pemain biola berwarna merah seakan melayang bebas melantunkan dawai-dawai biolanya.

Dinar kembali menungkapkan, “Memang melihat dan mencermati lukisan Rb Ali tidak perlu mengerutkan kening secara berlebihan.” Rb Ali tidak bermaksud mengundang atau memancing perdebatan, tetapi menitikberatkan pada perenungan, tidak juga terkesan liar. Jika diperhatikan lebih lama, memang ada simbol atau pesan yang tersembunyi, terutama tentang makna kekuatan lain dalam jiwa wanita.

Dalam pameran ini, Rb Ali terus mencari, menggali hal-hal terbaik di antara yang kurang baik dari sosok istrinya, bukan hanya sebagai pendamping hidup, melainkan juga sebagai pengipas bara api semangat agar tidak padam. Selama melukis, sang istri terus meniupkan napas pada tiap tarikan kuas agar tampilan di atas kuas itu mengeluarkan maknanya yang mendalam. rep:c85 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement