Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Kediaman Sang Dewa

Red:

"Enggak ada A (merek air mineral), Mas, adanya Airoi," kata seorang pegawai kantin Markas Orang Indonesia (Oi). Para anggota Oi bergerak secara mandiri dan militan. Mereka membuat air mineral sendiri yang mereka beri nama Airoi. Airoi hanya satu dari sekian banyak usaha yang dijalankan para anggota untuk menghidupi diri mereka.

Markas Oi yang terletak di kediaman pendirinya, Virgiawan Listianto atau Iwan Fals, berada di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, yang jauh dari ibu kota. Sebuah desa yang tenang dan sepi.

Leuwinanggung sama seperti desa-desa lainnya, ada sebuah kantor kelurahan, sekolah dasar, puskesmas, dan minimarket. Iwan Fals membangun rumah seluas 6.000 meter di sana. Pada tahun 1982, ia membeli tanah hanya untuk investasi. Dulu bersama istrinya, Rosana Listianto, ia hanya sesekali menengok tanah ini sekadar membawa pulang buah-buahan hasil kebun.

Uang untuk membeli lahan ini didapatnya dari hasil penjualan album Sarjana Muda yang terjual 300 ribu keping. Kini, ia tinggal di lahan itu. Bagian terbesar dari lahan itu dipakai untuk sebuah toko, pendopo, panggung terbuka, maupun kantor organisasi masyarakat Oi. Sedangkan, kediaman pribadi Iwan dilengkapi studio musik, garasi mobil (termasuk bus), rumah tinggal, serta kebun dengan rumput tercukur rapi.

Di mana-mana di sekitar area rumahnya tersebat pamflet tentang menjaga lingkungan, membuang sampah pada tempatnya. Tak mengherankan bila halaman rumah "sang Dewa" sangat asri dan nyaman. Di pendopo yang biasa digunakan untuk berdiskusi dan rapat dilarang merokok. Jika ada yang ingin merokok, harus di kantin. Di sana disediakan asbak.

Pepohonan yang rindang dan lingkungan yang bersih membuat Markas Oi sangat nyaman. Iwan Fals menerapkan kesadaran lingkungan yang tinggi di lingkungan rumahnya. Ia menanamkan semangat cerdas lingkungan kepada anggota Oi.

Di Leuwinanggung yang sejuk dan asri, tersimpan cerita pilu dari sang Dewa. Di sanalah Galang Rambu Anarki, anak pertama Iwan Fals, disemayamkan. Ketika Galang meninggal, secara emosional Iwan ingin Galang dimakamkan di rumah.

Iwan memutuskan menelepon Kyai Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Nahdlatul Ulama. Saat itu, Gus Dur belum menjadi presiden Indonesia. Iwan menganggap Gus Dur adalah cendekiawan yang terbuka dan tempat orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.

Dalam telepon, Gus Dur menjelaskan aturan Islam memperbolehkan memakamkan jenazah di rumah. Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau keinginan keluarga. Tapi, di Jakarta tak bisa memakamkan orang di rumah sendiri karena keterbatasan lahan. "Akhirnya saya memutuskan untuk memakamkan Galang di sini," kata Iwan, beberapa waktu lalu.

Selain untuk kebersihan dan kesehatan, upaya menjaga lingkungan juga sebagai penghormatan kepada Galang yang dimakamkan di sana. Semua anggota Oi menghormati almarhum Galang seperti menghormati Iwan.

Dari desa terpencil Leuwinanggung, Iwan Fals menyebarkan kebaikan. Selalu mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan dan silaturahim, serta memberi manfaat kepada orang lain. "Kita tahu semua akan mati. Bagaimana sisa hidup ini bermanfaat bagi orang banyak, itu yang menjadi PR bagi kita," tutup Iwan. rep:c74 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement