Senin 01 Sep 2014 14:00 WIB

Monas Kembali Diserbu PKL

Red:

GAMBIR — Razia besar-besaran yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di Monumen Nasional (Monas), sepertinya tidak membuat para pedagang kaki lima (PKL) kapok mengais rezeki di landmark Ibu Kota itu. Pada Ahad (31/8), ratusan PKL menyerbu Monas yang dipadati ribuan peserta acara Independence Day Run 2014.

Monas memang sepertinya ditakdirkan untuk "tidak tidur". Sebab, nyaris sepanjang hari monumen yang resmi dibuka pada 12 Juli 1975 itu tidak pernah sepi didatangi pengunjung, yang secara tidak langsung mengundang para PKL dan parkir liar.

Ratusan pedagang, seperti minuman ringan, kerak telor, hingga pakaian, sepertinya tidak kapok meski mereka berisiko digaruk petugas. Rahmat (34 tahun), pedagang kerak telor, mengaku kembali berjualan di Monas karena sedang ada event. "Ya, mau gimana lagi, lagi rame gini kan sayang kalau nggak jualan," kata Rahmat saat ditemui Republika, Ahad (31/8)

Rahmat mengaku tidak takut jika ia bakal ditertibkan petugas. "Orang kita rame-rame di sini. Kalau ada apa-apa, tinggal lari saja," ujarnya.

Pernyataan serupa disampaikan Fitri (26). Pedagang minuman ringan itu mengaku terpaksa kembali berdagang di Monas karena untuk mencari makan. "Namanya cari duit, ya di mana yang rame, kita ke sana," katanya.

Masalah di Monas bukan keberadaan PKL saja. Parkir liar yang kerap menyita badan jalan juga menjadi pekerjaan rumah yang tidak kunjung usai. Kepala Unit Pengelola (UP) Monas Rini Hariyani mengaku pihaknya terus mencari cara terbaik untuk membersihkan praktik parkir liar di Monas.

Saat berbincang dengan Republika di kantornya, Rini mengaku sedang melobi perkantoran di sekitar Monas untuk meminjamkan ruang parkir untuk para pengunjung Monas. Tujuannya agar para pengunjung tidak lagi memarkirkan kendaraannya di badan jalan.

"Supaya beliau (pengelola perkantoran) bisa menyediakan tempatnya untuk fasilitas parkir pengunjung Monas, sehingga tidak di pinggir jalan lagi," ujar Rini.

Ia berharap perkantoran di sekitar Monas membuka pintu untuk parkir pengunjung. "Di " Pada hari libur terutama. Kan kalau libur, kantoran kosong. Bisa dimanfaatkanlah itu untuk parkir pengunjung," ujarnya.

Nyaris saban hari libur atau ketika ada acara, deretan mobil terparkir di pinggir jalan sekitar Monas. Pada Ahad kemarin saja, parkir liar terlihat di pintu masuk timur di dekat Pospol Gambir dan di Jalan Medan Merdeka Selatan di depan lapangan parkir IRTI.

Imbasnya, pengguna jalan yang melewati jalur tersebut terpaksa memperlambat laju kendaraannya. Namun, Rini menampik jika lahan parkir IRTI tidak mampu menampung mobil para pengunjung. Situasi itu kerap dijadikan alasan para pengunjung nekat memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan.

"Masyarakat kan bisa parkir di Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, atau gedung lainnya di sekitar Monas. Tapi karena pinginnya door to door, dari pintu mobil ke pintu Monas, jadinya gitu," kata Rini.

Ia berpendapat, jika pengunjung memarkirkan kendaraan bukan di tempat legal, sama saja menyuburkan parkir liar. "Kan udah bisa baca di kawasan itu nggak bisa parkir."

Gelang Monas

Penggunaan sistem gelang waktu untuk naik ke puncak tugu Monas sudah berjalan satu bulan. Rini mengklaim sistem tersebut berjalan efektif dan mampu mengurai penumpukan antrean di depan lift menuju ke puncak.

"Tapi gelang-gelang ini kan menarik, menarik juga untuk dibawa pulang. Harus menjadi perhatian kita agar tidak lagi hilang atau terlalu menarik," kata Rini.

Rini mengaku terus mencari dan mempelajari sistem baru yang lebih efisien dan tidak membutuhkan dana yang besar. Saat ini, pihaknya sedang mempelajari sistem stempel yang disertai dengan angka.

"Kita kan setiap jam hanya 225 orang. Nanti kalau main stempel-stempel saja sampe 500, kan kacau kita," ujarnya.

"Jadi, kita harus mencari ada nggak/ model stempel angka yang bisa berputar sendiri, tapi sesuai dengan jamnya," kata Rini melanjutkan.

Sejak sistem gelang waktu diterapkan, antrean di depan lift tidak lagi panjang seperti sebelum sistem tersebut diterapkan. Hanya terlihat antrean pengunjung yang menggunakan warna gelang serupa.

Selain itu, pengunjung dengan warna gelang yang berbeda terlihat duduk-duduk di luar antrean. Ade Lestari (30), pengunjung Monas, menilai sistem gelang tersebut sangat berguna. "Jadi, nggak desak-desakan, nggak capek ngantre," ujarnya. rep:c82 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement