Senin 28 Mar 2016 17:15 WIB

Wisata Topang Krisis

Red:

Oleh Rakhmat Hadi Sucipto

 

Dunia masih menghadapi ketidakpastian ekonomi. Ja ngan kan, negara berkembang, negara-negara maju pun sedang berjuang keras agar terlepas dari jerat krisis ekonomi. Meski demikian, tak semua negara gagal bangkit dari keterpurukan. Banyak negara yang ekonominya melambat, tetapi cukup banyak yang mampu menunjukkan pertumbuhan ekonomi menggembirakan.

Ada beberapa sektor yang mampu meno pang banyak negara dari kejatuhan ekonomi yang lebih dalam. Pariwisata menjadi sektor yang paling tahan terhadap ancaman gelombang krisis. Bahkan, bagi beberapa negara, sektor inilah yang menjadi penyelamat mereka.

Berdasarkan data yang dirilis the World Travel & Tourism Council (WTTC), pada 2015 sektor pariwisata menyumbang 7,2 triliun dolar AS terhadap ekonomi global. Dengan kata lain, sektor ini berkontribusi hingga 9,8 persen terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) dunia. Sektor ini tumbuh 3,1 persen pada 2015 sehingga mencatat angka kenaikan positif dalam enam tahun terakhir secara beruntun.

Sektor pariwisata juga menjadi penyelamat bagi banyak negara terhadap ancaman pengangguran. Tercatat pada 2015 sektor wisata mampu menambah 7,2 juta lapangan pekerjaan baru. Secara keseluruhan, sektor ini mampu menyediakan 284 juta pekerjaan pada 2015 di seluruh dunia.

Bisa dibilang, pariwisata mampu menyediakan satu dari 10 pekerjaan pada tahun lalu di seluruh dunia. "Artinya, sektor pariwisata mampu mendorong pertumbuhan lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung," jelas David Scowsill, presiden dan CEO WTTC.

Ini prestasi yang luar biasa karena turisme masih bisa tumbuh di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi global yang tak menentu. Apalagi, sepanjang 2015 masih ada ancaman dan gangguan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan sektor wisata. Gangguan dan ancaman itu, di antaranya serangan teror, penyebaran penyakit menu lar, fluktuasi mata uang, serta tantangan geopolitik.

Tentu gangguan tersebut juga berimbas pada sektor wisata. Imbasnya tak hanya pada level negara, tetapi juga pada skala regional. Namun, sektor ini secara keseluruhan masih bisa bertahan, bahkan mencatat angka pertumbuhan yang cukup menggembirakan sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tahun lalu terjadi ancaman teror di Paris, Prancis. Lalu, virus Ebola yang sempat muncul lagi pada 2014 juga berlanjut hingga 2015. Belum selesai kasusnya, terjadi serang an penyakit yang tergolong baru, yaitu ancaman virus Zika, di beberapa negara. Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) malah menyebutkan, ada 116 kasus positif Zika di Amerika Serikat, belum lagi di negara-negara lainnya.

Meski masih terjadi gonjang-ganjing ekonomi dan politik di tingkat global, pariwisata diperkirakan masih akan tumbuh pada tahun ini. WTTC memperkirakan angka pertumbuhannya bisa menyentuh 3,3 persen.

Artinya, tahun ini performa sektor pariwisata bisa lebih baik dibandingkan 2015. Bahkan, hingga dekade mendatang, pariwisata diper kirakan bisa tumbuh lebih baik lagi, mencapai 4,0 persen per tahun.

Di Islandia, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, Qatar, Arab Saudi, Thailand, serta Uganda, pertumbuhan sektor pariwisata jauh melebihi laju pertumbuhan ekonomi. Sektor wisata di Jepang, sebagai contoh, tumbuh 2,6 persen pada 2015, melebihi pertumbuhan ekonominya yang hanya sebesar 0,6 persen.

Dilihat dari level kawasan, pertumbuhan sektor pariwisata terjadi paling cepat di Asia Tenggara, mencapai 7,9 persen. Sembilan kawasan lainnya menyusul, yaitu Asia Selatan (7,4 persen), Timur Tengah (5,9 persen), Karibia (5,1 persen), Sub-Sahara Afrika (3,3 persen), Amerika Utara (3,1 persen), Eropa (2,5 persen), Asia Timur Laut (2,1 persen), Amerika Latin (1,5 persen), serta Afrika Utara (1,4 persen).

Jumlah kunjungan wisata pada 2015, menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO), mencapai 1,184 miliar, meningkat 4,4 persen dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 50 juta di antaranya adalah turis yang hanya berkunjung semalam.

Menurut UNWTO, angka kunjungan wisatawan mencapai rekor baru pada 2015. Jumlahnya sempat menurun pada 2010 akibat imbas krisis global saat itu. "Jumlah turis internasional mencapai jumlah terbanyak pada 2015. Sektor ini berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di banyak negara di dunia," jelas Sekretaris Jenderal UNWTO Taleb Rifai, seperti dilaporkan laman resmi UNWTO, beberapa waktu lalu.

Bila dilihat angka rata-ratanya, pertumbuhan kunjungan pelancong internasional melonjak 4,0 persen per tahun setelah 2010. Namun, tidak mudah meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Banyak negara harus melakukan berbagai langkah dan menciptakan kebijakan yang kondusif bagi sektor ini. Promosi pun menjadi strategi yang jitu untuk menarik para turis mancanegara.

Banyak negara yang melakukan promosi untuk mempertahankan pertumbuhan sektor pariwisata. Termasuk dengan menyediakan fasilitas perjalanan, mengembangkan ke mam puan dan keahlian sumber daya manu sia agar mampu mendukung seluruh kegiatan sektor ini. Cara-cara tersebut dilakukan demi mempertahankan dan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Secara umum, UNWTO menganalisis permintaan kunjungan wisata di seluruh dunia meningkat meski hasilnya beragam, tergantung pada masing-masing negara. UNWTO juga sepakat dengan hasil studi WTTC yang menilai sektor ini sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada masing-masing negara serta kondisi ekonomi global. Faktor yang turut menentukan sektor tersebut pada 2015, di antaranya penguatan atau fluktuasi nilai mata uang, merosotnya harga minyak mentah dunia, dan anjloknya harga komoditas internasional.

Negara dengan kemampuan ekspor besar, apalagi meraih surplus neraca perdagangan, mampu meningkatkan jumlah kunjungan ke luar negeri. Sebaliknya, negara-negara importir yang terpengaruh rendahnya harga komo ditas ekspor merasakan kemerosotan pendapatan negara. Akibatnya, kemampuan me reka bepergian ke luar negeri pun merosot.

Isu keselamatan dan keamanan pun menjadi pertimbangan para pelancong di seluruh negara. Negara-negara dengan ting kat risiko tinggi, sulit mendatangkan wisatawan asing. Sebaliknya, mereka yang mam pu menciptakan risiko rendah berhasil me narik para wisatawan mancanegara meski ekonomi negara mereka dalam kondisi kurang stabil.

"Dalam situasi seperti sekarang ini, keberhasilan meningkatkan sektor wisata secara khusus tergantung pada pengelolaan isu keselamatan dan keamanan," ungkap Rifai. "Kita harus ingat pengembangan pariwisata sangat tergantung pada kemampuan kolektif kita untuk mempromosikan wisata yang nyaman, aman, dan perjalanan yang lancar."

Dengan kondisi seperti itu, apa yang mesti diperbuat oleh setiap pemerintah bila ingin menggenjot sektor tersebut? UNWTO men de sak pemerintah di seluruh negara, terutama yang masih menghadapi risiko tinggi terhadap keselamatan dan keamanan, agar memasukkan administrasi pariwisata dalam perencanaan keamanan nasional mereka, struktur dan prosedur keamanan. Langkah ini tidak hanya untuk memastikan ancaman terhadap sektor ini diminimalkan, tetapi juga untuk memaksimalkan kemampuan sektor pariwisata untuk mendukung keamanan dan fasilitasi. Dengan demikian, seluruh program dan kegiatan dalam sektor wisata bisa berjalan mulus, aman, dan nyaman.

Negara maju mendominasi

Berdasarkan data UNWTO, pertumbuhan jumlah wisatawan asing pada 2015 tertinggi diraih oleh negara-negara maju, tercatat sebesar 5,0 persen. Pertumbuhan negara maju mengalahkan jumlah kunjungan wisatawan ke negara-negara berkembang yang hanya naik 4,0 persen. Pertumbuhan meya kin kan di negara maju tersebut dipicu merebaknya jumlah kunjungan turis ke negaranegara Eropa yang melonjak 5,0 persen.

Berdasarkan kawasan, menurut UNWTO, angka pertumbuhan jumlah wisatawan asing tertinggi berada di Eropa, Amerika, serta Asia Pasifik. Lalu, menyusul itu adalah kawasan Timur Tengah (3,0 persen). Kawasan Afrika yang sebenarnya menyajikan surga pariwisata alam, ternyata jumlah turis asing ke regio nal tersebut merosot 3,0 persen.

Eropa menjadi kawasan yang paling banyak mendatangkan turis asing, mencapai 609 juta orang, atau meraih porsi 51,4 persen dari total kunjungan sebanyak 1,2 miliar wisatawan pada 2015. Melemahnya nilai mata uang euro terhadap dolar AS dan mata uang lainnya ternyata justru membawa berkah bagi sektor pariwisata kawasan Eropa. Ada ke naika n 29 juta turis asing yang masuk ke negara-negara Eropa pada tahun lalu.

Prancis menjadi negara yang paling banyak menyedot turis asing. Diperkirakan ada 86,3 juta wisatawan asing berkunjung ke Prancis pada 2015. Sementara, pada 2014 turis asing yang mendatangi Prancis sebesar 83,8 juta orang. Dengan kata lain, terjadi kenaikan jumlah turis asing hingga 3,0 persen di Prancis. Dengan fakta tersebut, sepertinya serangan teroris pada November 2015 tak terlalu berpengaruh terhadap sektor wisata negara itu.

Amerika Serikat menjadi negara kedua yang mampu mendatangkan jumlah turis asing terbanyak. Diperkirakan pada 2015 lalu ada 77,9 juta turis asing yang berkunjung ke AS, naik dari 75 juta pada 2014. Spanyol menjadi destinasi menarik ketiga bagi wisatawan asing, dengan total kunjungan mencapai 68,1 juta turis. Sementara, Cina menyu sul dengan total kunjungan mencapai 56,9 juta orang.

Kawasan Asia Pasifik menempati peringkat kedua, mampu mendatangkan 277 juta turis asing atau merebut pasar hingga 23,4 persen dari total kunjungan turis asing. Kawasan Amerika kedatangan 191 juta turis asing (16,1 persen dari total kunjungan), sementara Timur Tengah dan Afrika masingmasing mampu menarik 54 juta turis asing (4,6 persen) dan 53 juta turis asing (4,5 persen).

Menguatnya mata uang dolar AS menstimulasi kedatangan turis dari AS, yang juga menguntungkan kawasan Karibia dan Amerika Tengah. Jumlah kedatangan wisatawan asing di Karibia dan Amerika Tengah melonjak 7,0 persen tahun lalu.

Lalu, siapa yang menjadi raja pelancong pada 2015 lalu? Menurut UNWTO, para pelancong dari Cina masih yang terbanyak bepergian ke berbagai negara dibandingkan dari negara-negara lainnya. Tercatat 120 juta turis dari Cina bepergian ke banyak negara, terutama ke Jepang, Thailand, Singapura, Amerika Serikat, dan Eropa. Ini rekor tiga tahun beruntun Cina sebagai negara dengan jumlah wisatawan asing yang paling banyak ke luar negeri.

Tidak hanya itu, para turis dari Cina juga yang paling banyak menghabiskan uang di luar negeri. Menurut catatan resmi China National Administration of Tourism, mereka membelanjakan uang hingga 194 miliar dolar AS di banyak negara tahun lalu. Sektor wisata yang kerap mengadopsi strategi padat karya tentu bisa menjadi alternatif untuk mempercepat laju ekonomi. Tentu, perlu langkah-langkah strategis agar ambisi menjadi destinasi wisata idaman bisa tercapai.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement