Selasa 13 Dec 2016 18:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (55)

Red:

"Kita akan bertahan di sini sambil cari bantuan, ya Nak…." "Mama. Gelap, takut…." "Tidak perlu takut, Sayang, gelap bukan apa-apa. Ada Mama bersamamu selalu…."

Akhirnya mereka sudah berada di basemen. Tempat Frankie menyimpan barang - barang tak berguna. Ada kasur tipis berdebu, entah dibuang sejak kapan.

Selimut tebal yang juga berdebu, sebuah bantal dan guling. "Semua berdebu, tetapi masih bisa dipakai bila dibersihkan, " gumam Fatin.

Segera dengan cermat ia membersihkan kasur yang dianggapnya akan sangat bermanfaat, terutama untuk menghangatkan tubuh anaknya. "Dingin Mama…."

"Baik, kita sembunyi di bawah kasur ini, ya Nak. Nah, enak?" Fatin menyusupkan si kecil ke balik selimut tebal.

TIba-tiba ia menyadari bahwa kegiatannya telah berlangsung cukup lama. Mungkin sebentar lagi Frankie balik.

"Hmm, sebaiknya kita kunci saja pintunya," gumamnya nekad mengunci pintu ruang bawah tanah apartemen terpencil itu.

Setelah yakin si jahanam tidak akan bisa menerobos tanpa kehebohan yang bisa mengundang kecurigaan, ia pun kembali ke sisi si kecil.

"Sementara kita aman berada di sini," bisiknya mendesir di telinga anaknya.

"Ya, Mama…."

Ya, untuk sementara Fatin merasa aman bersama si kecil.

Setelah membersihkan diri dalam tempo yang sangat super cepat, ia masih sempat menyambar makanan di atas meja makan.

Tiga buah apel, dua buah pir, satu sisir pisang, beberapa potong biskuit dan roti yang sudah kering.

Dan sebuah pisau kecil, tajam sekali!

Ternyata malam itu Frankie tidak pulang.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah," gumamnya sambil bersujud syukur. "Setidaknya malam ini kita aman, Anakku," bisiknya kembali mendesir di telinga Ridho kecil.

Sepanjang malam itu Fatin meringkuk sambil memeluk anaknya di sudut ruangan yang gelap dan kusam serta dingin.

@@@

BAB 10

BERKUBANG DARAH DAN AIRMATA

Perjuangan Fatin untuk meloloskan diri bersama anak-nya sungguh dahsyat. Hari demi hari, malam demi malam terus berlalu dalam kubangan darah dan airmata. Kini ia punya kesempatan mengurung diri bersama anaknya di basemen.

Tidak perlu berpikir panjang mengkhayal impian yang muluk - muluk, dengusnya.

Sekarang manfaatkan kebersamaan dengan anak, itu sajalah! (Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement