Jumat 11 Nov 2016 13:00 WIB

Tuhan, Jangan Tinggalkan Aku (29)

Red:

Ibu tua itu tertawa kecil. "Tergantung kondisi dan kebutuhannya. Kalau untuk mencari jodoh, kamu tampak sudah siap…." Kalimatnya seperti disengaja menggantung.

"Untuk cari pekerjaan, bagaimana?" desak Fatin kian penasaran.

Ia menatap Fatin dari ujung rambut sampai kaki, seperti menimbang dan menilai dengan cermat. Fatin tersenyum-senyum saja, merasa dirinya sedang dinilai atau diramal?

"Kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan, sayang sekali, " katanya tandas.

"Oh, begitu…." Fatin memaksa untuk tetap tersenyum manis."Artinya aku akan gagal jadi karyawan?"

"Ya, tidak akan jadi karyawan siapapun!" ujarnya mantap. "Tapi kamu akan mendapatkan lebih dari sekadar karyawan," lanjutnya bernada menghibur. "Maksudnya, Bu?" Fatin seperti melihat masih ada harapan untuk dirinya.

"Kamu akan mengalami banyak kejutan dalam hidupmu. Kesedihan, dukalara, tragedi, semua akan datang kepadamu silih berganti. Kalau kamu kuat dan mampu bertahan dengan semuanya itu, maka dipastikan akan berujung kebahagiaan…."

"Oh, alhamdulillah." Fatin mendegut ludahnya, lega kembali. "Baik, hati-hati dan waspadalah memilih. Tidak semua yang baik di matamu adalah baik pula di mata-Nya. Camkan itu, Neng!"

Perempuan aneh itu menatap matanya lurus-lurus, seakan ingin menyelami perasaan dan pikiran Fatin.

"Hmm, ya?" Fatin masih menunggu kelanjutan bicaranya. Ia seperti tersadar. "He, di mana ini, stoop, stoop, Piiiir!" Perempuan berpenampilan ala Gipsy itu tiba-tiba mengejutkan semua penumpang. Termasuk sopir yang seketika menginjak rem kuat-kuat.

Tidak ada yang menyangka, gerakan si nenek begitu lincah. Saat semua mata terperangah, sosoknya telah meloncat dari bis dengan gerakan yang menakjubkan. "Beuh!" seruan kompak dari sebagian penumpang.

Fatin pun terpelongoh hebat. Ia membuka jendela ingin mencermati lebih lanjut ke arah mana sosok itu melangkah, ternyata si nenek telah raib! "Masuk perkebunan!" entah siapa yang berkata dari bangku belakang.

"Nenek-nenek aneh! Tiap Jumat dia ikut bis kita dan turun di situ," kali ini sopir yang berkomentar. Fatin baru menyadari bahwa ini adalah hari Jumat.

"Mengapa Bang Rieki memintaku datang Jumat bukan Senin, ya?" gumamnya terheran- heran sendiri.

Agaknya Fatin tak perlu menunggu lama jawabannya. Rieki yang menyambutnya di ruang kerjanya segera menjelaskan agenda mereka hari ini. (Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement