Kamis 07 Jan 2016 14:00 WIB

Konflik Saudi-Iran Untungkan ISIS

Red:

BAGHDAD -- Hubungan Arab Saudi dan Iran yang memanas belakangan dikhawatirkan bakal menguntungkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Konflik antarsekte yang muncul dari ketegangan Arab Saudi-Iran bisa menjadi lahan perekrutan kelompok ekstremis tersebut.

"Tentu saja, peningkatan tensi sektarian adalah ladang subur untuk pertumbuhan ISIS," kata Juru Bicara Perdana Menteri Irak, Saad al-Hadithi, seperti dikutip the New York Times, Selasa (6/1). Meningkatnya konflik Arab Saudi-Iran, menurutnya, akan membuat tegang hubungan penganut Suni dan Syiah di Irak yang akan dimanfaatkan ISIS untuk merekrut anggota baru.

Ia mencontohkan kondisi di Ramadi yang baru saja direbut pasukan militer Irak dari cengkeraman ISIS. Kemenangan di kota tersebut salah satunya dimungkinkan oleh dukungan dari suku-suku penganut Suni. Sementara, pemerintahan Irak sejauh ini lebih banyak diisi kelompok Syiah. Jika muncul ketidakpercayaan di antara kedua belah pihak, ISIS bisa dengan mudah kembali menancapkan kukunya ke Ramadi.

Sejauh ini, Perdana Menteri Irak Haider al-Abidi sangat berhati-hati dalam menyikapi konflik Arab Saudi-Iran. Ia mengecam eksekusi terhadap ulama Syiah di Arab Saudi, tapi enggan memenuhi permintaan sebagian warga Syiah Irak untuk menutup Kedubes Arab Saudi di Baghdad.

Sejauh ini, sejumlah pengamat menilai Abidi cukup cerdas menjaga hubungan Suni dan Syiah di Irak. Hal tersebut juga berhasil ia manfaatkan untuk merebut kota-kota di Irak dari ISIS. Saat ini, Abidi menargetkan untuk merebut Kota Mosul dari tangan ISIS.

Hamid al-Mutlaq, anggota dewan yang sekaligus tokoh Suni, menilai kesuksesan pasukan Irak mengusir ISIS selama ini tak lepas dari peran pemerintah yang seimbang. Ia menegaskan, tensi sektarian yang bakal meningkat menyusul memburuknya hubungan Arab Saudi-Iran tak menguntungkan untuk perjuangan melawan ISIS.

Terutama, para propagandis ISIS kerap merayu para calon rekrutan dari kaum Suni di Irak dengan menawarkan perlawanan terhadap kaum Syiah. "Ketegangan ini akan merenggangkan kesatuan yang kami perlukan untuk melawan ISIS," kata al-Mutlaq.

Sejauh ini, belum ada dampak langsung dari konflik Arab Saudi-Iran. Ketegangan yang muncul hanyalah sebatas aksi unjuk rasa di Baghdad yang menuntut penutupan Kedubes Arab Saudi.

Selain itu, para pemuka suku-suku Suni di Irak juga menegaskan tak akan terpengaruh dengan konflik Arab Saudi-Iran. "Kami sudah memberikan puluhan syuhada, bukan untuk Iran atau Arab Saudi, melainkan untuk negara kami. Biarkan kami membebaskan negara kami dari ISIS tanpa Iran atau Arab Saudi," kata Rafi al-Issawi, seorang kepala suku di Anbar yang mendukung pemerintah mengusir ISIS. n ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement