Rabu 03 Jun 2015 17:00 WIB

Wilayah Sekitar Bandara Jadi Pilihan

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kawasan di sekitaran Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), tampak masih potensial di mata pengembang. Terbukti, saat ini beberapa proyek properti tengah berjalan di kota penyanggah metropolitan tersebut.

PT Intiland Development melalui proyek Aeropolis, misalnya, berencana untuk mengintegrasikan hunian dengan kawasan sekitaran Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Ini sebagai upaya menjawab kebutuhan masyarakat di sekitar bandara yang memerlukan fasilitas, seperti hunian, ruang perkantoran, ritel, dan kargo.

Direktur proyek Aeropolis Didik Riyanto menyatakan, pihaknya mulai me-launching produk terbarunya, yakni Apartemen Onyx Residence. Hunian vertikal ini terdiri atas tiga tower dan delapan lantai. "Dua tower sudah selesai dibangun. Untuk tower ketiga, akan kita bangun setelah unit di dua tower tersebut terserap pasar," ujarnya.

Onyx Residence, kata didik, akan menyasar masyarakat atau pekerja yang berada di kawasan Bandara Soetta. Sebab, karakteristik dari mereka pasti membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerjanya. "Jadi, setelah dianalisis internal perusahaan, ke depan, animo masyarakat akan hunian di sekitar Bandara Soetta pasti tinggi. Makanya, kami berani meluncurkan proyek ini."

Didik menjelaskan, Aeropolis merupakan proyek skala besar dan jangka panjang. Sejak diluncurkan hingga akhir Maret 2014, sukses menjual 4.000 unit, terdiri atas hunian, perkantoran, pergudangan, hotel, dan juga ritel. Melihat dari pasar yang cukup bagus tersebut, ia yakin Onyx Residence akan semakin mengukuhkan posisinya sebagai kawasan terintegrasi di sekitar Bandara Soetta.

Pengembang lainnya juga seakan tak mau kalah. Saat ini, Ascendas Group bekerja sama dengan PT Metropolitan Karyadeka Development (MKD) sedang mengembangkan proyek mixed use seluas 9,7 hektare di Tangerang, Banten.

CEO dan Presiden Grup Ascendas Manohar Khiatani menjelaskan, proyek tersebut terletak dalam Metland Cyber City. Nantinya, di sana akan terdiri atas gabungan perkantoran, apartemen, ritel, dan fasilitas pendukung lainnya. "Ini sebagai jawaban atas meningkatnya ekspansi bisnis di daerah pinggiran Jakarta di mana mereka membutuhkan area mixed used demi menunjang bisnisnya," ujar dia.

Sementara itu, Presiden Direktur PT MKD Nanda Widya mengatakan, pihaknya antusias dalam proyek tersebut. Sebab, ke depan, integrasi antara area hunian dan tempat kerja serta fasilitas lainnya akan menjadi kebutuhan bagi para pebisnis. "Spiritnya, area yang ada menjadi tempat work, live, dan play," ujarnya.

Fase pertama proyek, kata Nanda, akan dimulai pada 2016. Untuk areanya yang akan digarap, yakni seluas 1,3 hektare dari total 9,7 hektare. Sisanya akan dikembangkan jika produk sudah terserap pasar. Di kawasan tersebut, nantinya akan berdiri apartemen, perumahan, dan juga ruang perkantoran dengan fasilitas pendukung lainnya.

Nanda menyatakan, posisi Metland Cyber City sangat strategis. Sebab, mudah diakses dari jalan Tol Jakarta-Merak melalui akses baru yang langsung keluar di pintu tol KM 11. Juga beberapa ruas jalan utama yang melewati area tersebut. Lalu, untuk capital gain juga tergolong tinggi karena Tangerang menjadi pilihan utama properti bagi para pekerja dari Jakarta.

Geser Tangerang

Berdasarkan survei paruh waktu 2015, masyarakat saat ini menjadikan Bogor, Jawa Barat, sebagai pilihan investasi properti. Ini menggeser posisi Tangerang yang selama beberapa semester menjadi favorit dari masyarakat. General Manager Mario Gaw menyatakan, darai hasil suver Bogor berada di peringkat pertama pilihan investasi dengan persentase 37 persen.

Lalu, di posisi berikutnya ada Tangerang dan Bekasi. Adapun, untuk DKI Jakarta yang favorit bagi pembeli adalah Jakarta Selatan. "Ini bentuknya survei online selama 1,5 bulan dan dilakukan pada Januari 2015," kata dia, pekan lalu.

Dia menyatakan, secara rutin pihaknya melakukan survei dua kali dalam setahun. Langkah ini bertujuan sebagai referensi tambahan bagi pelaku industri properti.

Selain itu, dalam survei juga menunjukkan 75 persen responden masih percaya pinjaman bank sebagai sumber kredit mereka. Namun, di sisi lain, 53 persen responden menganggap bahwa program kredit yang ditawarkan developer merupakan terobosan dan dijadikan pertimbangan dalam mendapatkan properti, seperti rumah, apartemen, ruko, dan lainnya. ed: Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement