Selasa 15 Jul 2014 12:00 WIB
samba 2014

Awal Dominasi Jerman

Red:

"Bangsa Jerman malu atas kalian. Kalian adalah coreng hitam di sepak bola Eropa!'' Komentar keras sekaligus pedas ini terpampang jelas di halaman muka harian olahraga terkemuka Jerman, Bild, sehari setelah timnas Jerman dibekap Portugal 0-3 dalam laga pamungkas putaran grup Piala Eropa 2000.

Hasil di Stadion Feijenoord, Rotterdam, itu pun melengkapi derita Der Panzer di Piala Eropa 2000 dan menguapkan status juara bertahan Piala Eropa yang disandang tim besutan Erich Ribbeck itu empat tahun sebelumnya.

Torehan ini kian mengenaskan buat Jerman karena ini menjadi kali pertama Jerman tidak bisa menang di putaran final Piala Eropa dan hanya mengemas satu poin. Namun, kejatuhan tragis Jerman pada Piala Eropa 2000 ternyata memiliki korelasi kuat dengan keberhasilan Die Manschaft menjadi tim Eropa pertama yang mengangkat trofi Piala Dunia 2014.

Stadion Maracana di Rio De Janiero menjadi saksi bagaimana tim Jerman mampu bangkit dan menuai buah manis hasil program pembinaan pemain muda, yang dirintis Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) pascakegagalan di Belanda-Belgia 2000. Terhitung, 14 tahun sejak peluncuran program pembinaan pemain muda, Jerman akhirnya mampu tampil sebagai tim terbaik di dunia. Keberhasilan ini diawali dengan perombakan sistem perekutan pemain muda di level klub.

Pada akhir 2000, otoritas tertinggi Liga Jerman (DFL), yang langsung berada di bawah DFB, langsung mengeluarkan kebijakan, 36 klub di dua kompetisi teratas Liga Jerman, Bundesliga dan Bundesliga 2, harus memiliki akademi sepak bola untuk para pemain muda. Secara keseluruhan, dari 2002 hingga 2008, alokasi dana klub-klub profesional Jerman untuk sektor pengembangan pemain muda pun meningkat hingga mencapai 85 juta euro per tahun.

DFB juga meningkatkan kualitas dan kuantitas jumlah pelatih yang telah mengantongi lisensi UEFA di 366 area besar Jerman. Berdasarkan catatan UEFA, Jerman telah memiliki 28 ribu pelatih berlisensi B UEFA. Bandingkan dengan Inggris, yang hanya memiliki 1.759 pelatih. Sementara di pelatih berlisensi A, Jerman telah memiliki 5.500 pelatih dan berlisensi pro dengan jumlah mencapai 1,070. Ini berbanding terbalik dengan Inggris yang hanya memiliki 115 pelatih berlisensi paling tinggi FIFA tersebut.

Langkah ini pun dianggap menguntungkan pihak klub. Alih-alih mendatangkan pemain asing dengan banderol harga tinggi, tentu akan jauh lebih murah menyaring dan melakukan pembinaan terhadap pemain-pemain lokal.

Secara bertahap, rataan pemain muda timnas Jerman terus merangkak naik. Jika di Piala Dunia 2014 rataan pemain Jerman mencapai 24,7 tahun, kini rataan pemain timnas Jerman di Piala Dunia 2014 berkisar 23,5 tahun. Bahkan, skuat Der Panzer saat ini adalah skuat termuda yang pernah dimiliki Jerman sepanjang sejarah.

Pelatih Jerman, Joachim Loew, memang benar-benar memiliki keistimewaan dengan banyaknya pilihan pemain muda di Brasil 2014. Loew memiliki pemain-pemain di tim utama dengan rataan umur yang cukup muda.

Thomas Müller baru berusia 23 tahun. Mats Hummels (23 tahun), Mesut Ozil (25 tahun), Mario Götze (22 tahun), dan Toni Kroos (24 tahun). Bahkan, pencetak gol kemenangan Jerman atas Argentina, Mario Goetze, yang berusia 22 tahun 39 hari, menjadi pemain termuda kedua yang mencetak gol di final Piala Dunia.

Sebelumnya, rekor ini juga dipegang pemain Jerman, Wolfgang Weber, di final Piala Dunia 1966 saat baru berusia 22 tahun 33 hari. Prospek kesuksesan tim utama Jerman ini pun sebenarnya sudah terlihat saat mereka mampu menjuarai Piala Eropa U-21 2009 silam.

''Kami memulai proyek besar di tim ini sejak 10 tahun silam. Apa yang terjadi hari ini adalah hasil pekerjaan panjang, dimulai dengan Juergen Klinsmann. Kami terus berkembang secara konstan. Kami percaya dengan proyek besar ini. Kami telah bekerja dengan sangat keras. Jika ada tim yang berhak meraih titel Piala Dunia, maka tim itu adalah tim ini,'' ujar Loew seperti dikutip laman resmi FIFA usai mengantarkan timnya merengkuh titel Piala Dunia.

Dengan restrukturisasi sistem pembinaan dan penyaringan pemain muda, keperkasaan Der Panzer agaknya bakal terus berlangsung hingga beberapa pekan mendatang. Der Panzer pun tidak hanya sekadar memiliki generasi emas, tapi bisa dibilang Jerman akan memiliki pasokan talenta-talenta muda tanpa batas. Kemunculan Kross, Goetze, dan Muller sebagai juara dunia bukan menjadi akhir dari buah pembinaan pemain muda Jerman, melainkan sebenarnya justru baru menjadi awal dari dominasi Jerman di kancah sepak bola.

''Kami memiliki 80 juta orang di Jerman dan saya kira sebelum tahun 2000, tidak ada yang menyadari kualitas individu yang dimiliki Jerman. Tapi, kini, kami sudah bisa memantau setiap talenta muda berbakat yang dimiliki negeri ini,'' kata mantan Direktur Olahraga DFB, Robin Dutt, yang kini menjabat sebagai pelatih Werder Bremen.rep:reja irfa widodo ed: abdullah sammy

***

Fakta Final Piala Dunia

- Untuk pertama kalinya dalam sejarah Piala Dunia, tim dari Eropa berhasil mengangkat trofi juara ketika turnamen digelar di Amerika Selatan.

- Ini adalah gelar juara Piala Dunia keempat bagi Jerman (1954, 1974, 1990, dan 2014)

- Jerman telah memainkan delapan pertandingan final Piala Dunia. Kini, catatan mereka adalah empat menang dan empat kalah.

- Argentina harus merasakan pahitnya kekalahan untuk kali ketiga dalam lima partai puncak.

- Jumlah penonton di Maracana pada laga final ini adalah sebanyak 74.738.

- Total penonton sepanjang Piala Dunia 2014 adalah 3.429.873 dan ini menjadi jumlah penonton terbanyak kedua sepanjang sejarah Piala Dunia.

- Ini adalah pertama kalinya Argentina kemasukan gol dalam babak tambahan Piala Dunia dan untuk pertama kalinya juga Tim Tango kemasukan terlebih dahulu pada edisi tahun ini.

- Ini adalah pertandingan final ke-10 Piala Dunia yang mempertemukan wakil dari Eropa dan Amerika Selatan. Kemenangan Jerman menandai kemenangan ketiga wakil Benua Biru.

- Argentina hanya menguasai bola sebanyak 36 persen di pertandingan ini. Yang terburuk di satu laga Piala Dunia sejak 1966.

- Bastian Schweinsteiger menjalani laga ke-108 bersama Jerman dalam laga ini, menyamai catatan Juergen Klinsmann.

- Sami Khedira menjadi pemain ke-10 yang sukses memenangi gelar Liga Champions dan Piala Dunia pada musim yang sama.

- Hanya Cafu yang mendapatkan kartu kuning lebih banyak (enam) daripada Javier Mascherano di Piala Dunia.

sumber:Opta Sport

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement