Kamis 22 Dec 2016 14:00 WIB

Anak-Anak Mudah Mendapatkan Rokok

Red:

JAKARTA -- Lentera Anak bekerja sama dengan Ummi Online, sebuah website wanita dan keluarga Islam, mengelar jajak pendapat (polling) terkait dampak rokok bagi anak-anak dan perempuan. Hasilnya disimpulkan, anak-anak mudah mengakses atau mendapatkan rokok.

Ketua Lentera Anak, Lissa Sundari, mengatakan, jajak pendapat dilakukan sejak 16 hingga 31 Desember 2016. Menurut dia, anak-anak adalah investasi terbesar sebuah bangsa.

"Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan kualitas generasi mudanya. Bangsa akan besar jika ditopang generasi muda yang sehat dan cerdas, sebaliknya bangsa akan runtuh bila didominasi penduduk muda yang sakit-sakitan dan bodoh. Sehingga, menjadi PR kita bersama menyelamatkan masa depan bangsa ini dengan menyiapkan generasi muda yang sehat dan berkualitas," ujar Lisda melalui siaran pers yang diterima Republika, Rabu (21/12).

Sayangnya, kata dia, persoalan kesehatan anak belum menjadi concern semua pihak. Padahal, anak-anak di Indonesia sudah berada dalam kondisi mengkhawatirkan karena menjadi target pemasaran industri rokok. Ini ditandai makin tingginya jumlah perokok pemula. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, ada 20,3 persen remaja usia 13-15 tahun di Indonesia yang merokok. Dalam 10 tahun terakhir, perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik dua kali lipat dari 9,5 persen pada 2001, menjadi 18 persen pada 2013 (Riskesdas 2013).

Tingginya jumlah perokok pemula, menurut Lisda, disebabkan longgarnya peraturan di Indonesia terkait pengendalian tembakau. "Akses anak terhadap rokok menjadi mudah karena harga rokok murah dan maraknya penjualan rokok kepada anak," ujarnya. Iklan rokok juga begitu masif membidik anak-anak dan remaja dengan menampilkan gaya hidup bertema anak muda yang serbapositif.

Kondisi mengkhawatirkan akibat rokok tidak hanya menerpa anak-anak, tetapi juga perempuan Indonesia. Jumlah perokok perempuan terus meningkat setiap tahun. Pada 1995, hanya 4,2 persen perempuan di Indonesia merokok, tapi pada 2013 jumlahnya meningkat menjadi 6,7 persen. Dari jumlah perempuan perokok pada 2013 ini, sebanyak 3,1 persen berusia remaja (15-19 tahun). Angka ini naik 10 kali lipat dari jumlah remaja perokok pada 1995 yang baru 0,3 persen.

Menurut dia, kondisi gawat darurat yang menimpa anak dan remaja akibat rokok seharusnya tidak dibiarkan. "Kita menolak jatuhnya lebih banyak korban. Kita mendukung pemerintah membuat regulasi yang bisa menyelamatkan anak-anak dan perempuan Indonesia dari dampak rokok," kata Lisda. Regulasi ini di antaranya melarang segala bentuk iklan, promosi, dan sponsor rokok untuk melindungi anak dan remaja dari target pemasaran industri rokok. Serta membatasi akses anak terhadap rokok dengan menaikkan harga rokok.   ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement