Selasa 31 Jan 2017 18:00 WIB

Eksportir Mebel Khawatirkan Kebijakan Trump

Red:

CIREBON — Kebijakan proteksionisme Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengusaha mebel rotan asal Cirebon. Mereka bahkan berencana mengalihkan pasar ekspor jika AS menyulitkan masuknya produk mebel mereka.

"Bagi pengusaha yang biasa mengekspor produk ke Amerika, pasti khawatir,'' kata Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DPD Cirebon, Muhammad Akbar, kepada Republika, Senin (30/1).

Akbar mengaku belum mengetahui dampak yang akan ditimbulkan dari kebijakan ekonomi dan perdagangan yang akan dijalankan Trump. Namun, jika kebijakan proteksionisme direalisasikan Trump, nilai ekspor mebel rotan ke AS dipastikan bakal menurun.

Ia menyebutkan, ekspor mebel rotan dari Cirebon ke berbagai negara, termasuk AS, sekitar 1.500 kontainer per bulan pada 2016. Jumlah tersebut tidak berbeda jauh dengan kinerja ekspor pada 2015.

Dia mengatakan, para pengusaha mebel rotan asal Cirebon akan menggencarkan promosi melalui pameran-pameran di tingkat internasional. Tujuannya, supaya dapat memperluas pasar ekspor sehingga tidak akan terlalu terdampak oleh kebijakan proteksionisme Trump. "Kami berharap ekspor pada 2017 ini meningkat,'' tutur Akbar.

Ketua Masyarakat Perajin Rotan Seluruh Indonesia (MPRSI) Badrudin mengatakan, AS memiliki peran penting bagi industri mebel rotan di Cirebon. "Lima belas persen ekspor mebel rotan dari Cirebon selama ini ke Amerika Serikat,'' ujarnya menerangkan.

Meski begitu, kata Badrudin, para pengusaha mebel rotan asal Cirebon tak akan patah semangat. Jika memang ekspor ke AS sulit dilakukan, mereka akan mencari peluang ekspor ke negara-negara lain.

Menurutnya, masih banyak negara lain yang berpotensi menjadi tujuan ekspor. "Contohnya ke Arab Saudi. Itu potensinya besar,'' kata dia.

Investasi

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong tak khawatir perusahaan-perusahaan AS mengurangi investasi di Indonesia karena adanya tekanan dari Presiden Donald Trump. Thomas meyakini, ruang yang ditinggalkan perusahaan AS tersebut pasti akan langsung diisi investor dari negara-negara lain.

Apalagi, sambung dia, secara fundamental pertumbuhan ekonomi Indonesia masih amat menarik bagi para investor. Karenanya, kebijakan proteksionis Trump tak akan membawa dampak signifikan pada investasi di Tanah Air.

"Perusahaan mana saja apakah dari Eropa, Amerika, Korea, atau Tiongkok kalau mau mencari pertumbuhan tidak punya pilihan selain ke negara berkembang. Jadi, kalau ada satu yang meninggalkan medan, banyak pihak lain yang mau mengisi," ujar dia di kantor BKPM, Senin (30/1).

Thomas mengatakan, pemerintah sudah menyusun strategi jika perusahaan asal Negeri Paman Sam mengurangi investasinya. Salah satu strategi itu, kata dia, dengan mengembangkan investasi dari Jepang, Cina, Korea, dan Eropa.

Kendati begitu, Thomas mengakui investasi-investasi dari AS memiliki kelebihan dari sisi teknologi, kekuatan merek, dan jaringannya. Karena itu, di samping mencari alternatif investasi, ia mengatakan pemerintah juga harus mencari cara agar Indonesia tetap menarik di mata investor-investor Amerika.

"Kita harus kerja ekstrakeras agar perusahaan Amerika tetap mau investasi meskipun mungkin akan ada tekanan dari administrasi Presiden Trump," ujarnya. ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement