Selasa 31 Jan 2017 17:00 WIB

Membasmi Biang Gatal yang Mengganggu

Red:

Pada tubuh manusia hidup berbagai macam kuman, bakteri, dan jamur yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Bakteri dan kuman ini tidak mampu menginfeksi atau memberikan dampak negatif pada manusia jika daya tahan tubuh kuat. Namun, ada saatnya imunitas manusia menurun sehingga bakteri, kuman, dan jamur tumbuh subur.

Jenis lain yang hidup di tubuh manusia adalah kutu yang identik sebagai parasit. Hidupnya bisa di kulit dan rambut. Seluruh bagian, khususnya di daerah-daerah lipatan kulit, merupakan tempat yang nyaman bagi hidup kutu, termasuk di rambut. Akibat yang ditimbulkan adalah rasa gatal yang tak nyaman dan mengganggu, apalagi jika sudah muncul infeksi.

Rambut yang tak lepas dari incaran kutu adalah di rambut pada mata dan daerah kemaluan. Jenis kutunya adalah Phtyhirus pubis. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit infeksi (pedikulosis pubis) ketika bersarang di rambut kemaluan. Jika infeksinya pada rambut mata, namanya adalah pedikulosis siliaris.

Meski kecil, spesialis kulit dan kelamin dari RSU Bunda Jakarta dr Rachel Djuanda SpKK mengatakan, kutu pada rambut di alat vital dapat terlihat langsung oleh mata. Kutunya berbentuk seperti kepiting dan dapat melekat kuat pada rambut.

Gejala umum dari pedikulosis pubis ialah rasa gatal di area hidup kutu rambut tersebut sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman. Rasa gatal ini biasanya terasa semakin menjadi pada malam hari karena aktivitas nokturnal dari kutu tersebut. "Biasanya ada berdarah di daerah pubis," ungkap Rachel kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, penyakit pedikulosis pubis berkaitan erat dengan tingkat kebersihan di area vital tersebut. Daerah rambut yang lembap merupakan salah satu indikasi bahwa kebersihan di area tersebut kurang terjaga dan berpotensi menjadi tempat yang subur bagi Phtyhirus pubis untuk bersarang.

Jika kutu itu dibiarkan, lanjut Rachel, ada risiko komplikasi yang mungkin terjadi. Salah satunya ialah infeksi sekunder yang terjadi ketika luka akibat gigitan kutu yang gatal terkena garukan dan menjadi lecet. Luka lecet ini, jelas Rachel, dapat menjadi pintu masuk bagi kuman yang pada akhirnya menyebabkan infeksi di area luka tersebut. "Masuk kuman, itu infeksi bakteri jadinya. Bisa jadi bernanah."

Penyakit menular

Rachel mengatakan, pedikulosis pubis merupakan penyakit yang menular. Penyakit ini umumnya ditularkan secara langsung melalui hubungan intim dengan pasien pedikulosis pubis lainnya. Oleh karena itu, dia menyarankan agar tiap individu yang menderita infeksi ini untuk berupaya mengobatinya dan menunda hubungan intim dengan pasangannya agar terhindar dari risiko tertular penyakit tersebut.

Selain penularan secara langsung, spesialis kulit dan kelamin dari RKD's Clinic dr Ratna Komala Dewi SpKK MKes mengungkapkan, pedikulosis pubis juga bisa ditularkan secara tidak langsung melalui kontak dengan benda yang digunakan orang yang telah terinfeksi kutu itu. Beberapa benda di antaranya handuk, celana dalam, sabun, dan baju. Selain itu, kasur yang pernah ditiduri pasien pun dapat menjadi media penularan.

Penularan tidak langsung ini umumnya terjadi di lingkungan tempat tinggal bersama seperti rumah indekos ataupun asrama sekolah yang penghuninya berganti-ganti. Baju yang dicuci bersamaan dengan baju milik pasien juga berisiko terhadap penularan. "Misal, dari laundry atau mencuci di satu ember yang sama. Karena kutu ini mati dengan air panas. Kalau detergen tidak akan mati," jelas Ratna.

Untuk pengobatan, kata dia, adalah obat oles atau topikal yang mengandung permethrin. Aplikasi permethrin cukup dilakukan satu pekan sekali. Setelah diaplikasikan, obat ini harus dibiarkan selama 12 jam dan tidak boleh terkena air.

Menurutnya, obat topikal ini efektif jika dilakukan pada pagi hari. Jika dilakukan malam hari, obat akan bentrok dengan kutu yang mulai giat beraktivitas malam hari sehingga menimbulkan sensasi yang lebih gatal lagi di area yang terkena infeksi. "Kita bunuh saat mereka tidur di siang hari. Jadi kita basmi dari pagi," jelas Ratna.

Selain itu, ada pula obat oles yang perlu diaplikasikan setiap hari. Obat oles ini merupakan racikan yang di antaranya mengandung antibiotik dan steroid. Bisa ditambah lagi dengan obat oral bagi pasien, seperti antihistamin untuk mengatasi keluhan gatalnya dan antibiotik untuk pasien yang sudah mengalami infeksi.

Mengingat sifatnya sebagai penyakit menular, terapi pengobatannya harus menyasar pada sumber utamanya. Jika sumber penularannya belum diatasi, penularan ulang bisa terjadi. "Mesti cari sumbernya dulu karena menular dari orang ke orang. Kalau nggak, mau diobati seperti apa pun tidak akan sembuh," kata Rachel.

Di samping itu, baik Ratna maupun Rachel juga menyarankan agar setiap orang menjaga kebersihan diri dan lingkungannya dalam mencegah masuknya kutu. Penggunaan benda-benda pribadi secara bersama-sama juga sebaiknya dihindari. "Faktor kebersihan itu dimiliki bersama, harus kesadaran bersama," ujar Ratna. n ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement