Jumat 16 Dec 2016 18:00 WIB

Pesantren Assalafiyyah Sleman, Tanamkan Nilai Toleransi dan Hargai Kemajemukan

Red:

Daya pikir kritis serta menghargai kemajemukan adalah salah satu fokus pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren (Ponpes) Assalafiyyah, Mlangi, Sleman, Yogyakarta. Para santri dididik dan dibina agar mampu mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan mereka masing-masing.

Pengasuh Ponpes Assalafiyyah Irwan Masduqi mengatakan, menghargai keberagaman dalam konteks kebangsaan dan keagamaan memang menjadi salah satu nilai dan sikap yang ingin ditanamkan Assalafiyyah kepada para santri. Hal tersebut tak terlepas dari sejarah berdirinya Ponpes Assalafiyah itu sendiri.

Ia mengungkapkan, Ponpes Assalafiyyah Yogyakarta didirikan oleh Kiai Mashduqi pada 1936 silam. Adapun tujuan utama pendirian ponpes tersebut adalah untuk menyebarkan dakwah Islam Ahlussunah Waljamaah. Menurut Irwan, kala itu Kiai Masdhuqi tidak hanya sekadar mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada para santrinya. "Namun, beliau juga mengajak para santrinya untuk bergerilya melawan para penjajah," ungkapnya kepada Republika, Ahad (11/12).

Sepeninggal Kiai Masdhuqi pada 1946, Ponpes Assalafiyyah diteruskan oleh putranya, yakni Kiai Syujai Masdhuqi. Di bawah asuhannya, Ponpes Assalafiyyah mengalami perkembangan dan konsisten mengajarkan kitab kuning guna memperkaya wawasan para santri dengan khazanah kebudayaan Islam.

Irwan berpendapat, dengan wawasan keislaman yang luas tersebut, para santri memang diharapkan mampu berpikir dan bersikap lebih terbuka. "Artinya, tidak kaku dalam berdakwah di tengah masyarakat dan mampu menjawab tantangan-tantangan perkembangan zaman," tutur dia.

Seiring dengan perkembangan waktu dan mulai munculnya kebutuhan masyarakat terhadap konsep pendidikan terpadu, Ponpes Assalafiyyah mendirikan pendidikan formal untuk jenjang madrasah tsanawiah pada 2012. Kurang dari setahun kemudian, yakni pada Maret 2013, Assalafiyyah juga mendirikan madrasah aliyah.

Sebelum mendirikan madrasah, Irwan menerangkan, Ponpes Assalafiyyah telah memulai pengajaran dan penanaman nilai-nilai tentang toleransi kepada para santri. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mengkaji kitab kuning. Ketika mengkaji kitab-kitab kuning, pelajaran tentang penafsiran menjadi bagian yang tak terpisah di dalamnya. "Di dalam tafsir ini kita membedah dan membahas ayat-ayat tentang toleransi. Ketika mengajarkan hal ini, kita menekankan pentingnya menghargai keberagaman, kebinekaan, dan keindonesiaan," ujarnya.

Selain itu, para santri juga diterangkan bahwa perbedaan dan keberagaman adalah sebuah keniscayaan dalam hidup. "Karena itu, harus menghargainya," ucap Irwan. Agar nilai dan pemahaman tersebut dapat diimplementasikan, Ponpes Assalafiyah, kata Irwan, selalu mengundang tokoh-tokoh lintas mazhab keislaman untuk berdialog dengan para santri.

Selain mengundang tokoh lintas mazhab keislaman, terdapat pula tokoh lintas agama yang bertamu ke Ponpes Assalafiyyah. "Mereka ingin belajar tentang nilai-nilai keberagaman dari perspektif pesantren," ucap Irwan menjelaskan.

Ia mengatakan, diundangnya tokoh lintas mazhab keislaman dan bertamunya tokoh lintas agama selalu dimanfaatkan Ponpes Assalafiyyah. Para santri, kata Irwan, diberi keleluasaan untuk berinteraksi dengan mereka. Tak jarang, mereka pun melakukan dialog dan bertukar pikiran serta wawasan.

Kegiatan seperti ini cukup rutin diselenggarakan sejak 2009 lalu. Menurut Irwan, kegiatan berdialog dan bertukar pikiran dengan tokoh lintas mazhab dan agama memberikan manfaat tersendiri kepada para santri. Pertama, yakni memupuk rasa toleransi. Kedua, adalah meneguhkan identitas mereka.

Manfaat lainnya adalah menambah dan memperluas wawasan para santri. "Sebab, pasti ada cukup banyak hal baru yang mereka dapatkan dan ketahui setelah berinteraksi dan berdialog dengan tokoh-tokoh lintas mazhab dan agama tadi," ucap dia.

Menurut Irwan, para santri Ponpes Assalafiyyah selalu diajak dan dididik untuk memiliki pola berpikir kritis. Hal tersebut selalu diterapkan, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun interaksi sehari-hari di lingkungan ponpes. Dengan semangat proses pendidikan demikian, Irawan berharap misi Ponpes Assalafiyyah dapat terwujud. Yakni, mencetak santri yang memiliki kesempurnaan iman dan amal saleh serta memiliki jiwa berlandaskan Ahlussunah Waljamaah. n ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement