Selasa 23 Feb 2016 13:00 WIB

Sepatu Rajut Saung Mimitran

Red:

Ide usaha bisa datang dari mana saja. Seperti usaha milik Odah (41 tahun), warga Padajaya, Keca matan Sumedang Selat an, Kabupaten Sumedang. Odah mengembangkan usaha rumah an berupa pembuatan sepatu. Uniknya, sepatu yang dibuat nya bukanlah sepatu seperti yang sering kita jumpai di toko-toko sepatu yang terbuat dari kanvas ataupun kulit. Sepatu buatannya adalah sepatu rajut.

Ide ini didapatkannya setelah melihat sepatu-sepatu bayi yang terbuat dari bahan rajutan. Odah pun tertarik untuk mengem bang kan sepatu dengan konsep se ru pa, namun untuk orang de wasa. Akhirnya, Odah pun me mulai usaha kecil-kecilan pro duksi sepatu rajut miliknya. "Saya berpikir, sepatu bayi yang rajut-rajut itu lucu, nah bagai mana kalau saya buat un tuk yang dewasa, tapi konsep nya sa ma, rajutan juga," ujar Odah saat ditemui, belum lama ini.

Odah membuat sebuah wa dah usaha yang dinamai 'Saung Mi mitran'. Untuk usaha yang dirintis nya tersebut, Odah seng aja meng ambil pekerja dari ling kungan se kitarnya. Odah mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar ru mahnya yang tidak bekerja.

Sebelumnya, para ibu ter sebut dibekali keterampilan merajut terlebih dahulu. Odah se ngaja mendatangkan guru me rajut dari balai pelatihan kerja. Beberapa kali dalam sepekan, para ibu rumah tangga di ling kungannya diajari cara dan dasar merajut.

"Saya sengaja datangkan gu ru les, agar mereka pu nya kete ram pilan yang dibutuh kan. La tihan itu sebelum saya diri kan Saung Kimitran itu," ujar Odah. Setelah ibu rumah tangga me miliki keterampilan yang cu kup, baru lah Odah membuat wadah usaha Saung Mimitran. Saat ini, Odah memiliki sekitar 25 pekerja yang membantunya memproduksi sepatu.

Pola kerja yang diterapkan oleh Odah pun memudahkan pa ra pekerjanya memilih waktu untuk mengerjakan produk se patu tersebut. Tidak seperti usa ha rumahan lain yang mema sang jam kerja, Odah memilih mem be baskan pekerjanya untuk me ngerjakan produknya. Para pe kerja mengambil bahan baku di rumah Odah dan menger ja kan nya di rumah. Odah sendiri mem berikan tenggang waktu sepekan kepada pekerjanya un tuk menyelesaikan pekerjaan nya.

Odah menilai, konsep kerja seperti ini sangat pas bagi pe ker janya yang merupakan ibu ru mah tangga. "Mereka juga harus mengurus rumah dan keluarga. Kalau begini, mereka bisa me nger jakannya di waktu seng gang," katanya.

Saung Mimitran sendiri se benarnya bukan usaha pertama yang dirintis oleh Odah. Sebe lum nya, Odah juga pernah mem buka usaha-usaha rumahan lain nya, mulai dari makanan hingga ak sesoris. Namun, tidak ada yang bertahan lama.

Odah memang memiliki ke inginan untuk dapat membuka usaha sendiri dan mempeker ja kan warga di sekitar rumahnya untuk membantu perekonomian mereka. Odah berharap, dengan usaha yang dirintisnya, per eko nomian warga Padajaya dapat semakin membaik karena ma sya rakat memiliki mata pen ca harian tambahan sebagai peng rajin sepatu rajut.

Usaha sepatu rajutnya saat ini sudah dijual hingga ke luar kota, seperti Banjarmasin, Balik papan, dan Palembang. Pembeli nya pun berasal dari berbagai ka langan, mulai dari mahasiswa hing ga pejabat daerah. Bahkan, Odah mengaku, sudah banyak pembeli tetap yang sengaja mem beli produknya untuk dijual kembali ke luar negeri. "Ada anak Jakarta, sekali pe san sepatu rajut itu dua puluh pa sang. Katanya untuk dijual lagi ke Korea Selatan dan Malaysia," tutur Odah.

Odah sudah mengem bang kan produk sepatunya hingga memiliki berbagai macam tipe dan ukuran. Odah memproduksi sepatu rajut mulai untuk ukuran balita hingga dewasa. Modelnya pun macam-macam. Model se patu rajut untuk wanita lah yang memiliki model yang paling be ra gam.

Odah berniat terus me ngembangkan model sepatu miliknya agar semakin beragam dan dapat bersaing di pasaran. Harga sepatu rajutnya pun ber variatif dan cukup terjangkau, mulai dari Rp 150 ribu rupiah hing ga Rp 300 ribu rupiah per pasangnya.

Odah berharap, pemerintah dapat memberikan bantuan pa da usaha-usaha kecil dan me ne ngah seperti miliknya agar dapat se makin berkembang dan terus maju. Bantuan yang diharap kan nya pun tidak harus ber ben tuk dana, melainkan dapat juga be rupa pelatihan maupun prom o si produk. "Kalau ada bantuan pelatih an saja dari pemerintahan dae rah, saya mah sudah senang," ujarnya sambil bercanda. ¦ mj05, ed: friska yolandha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement