Sabtu 20 Jul 2013 11:50 WIB
Bank Jabar Banten

KPR BJB Tumbuh 200 Persen

Bank Jabar Banten
Foto: bjb
Bank Jabar Banten

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) berhasil mencatatkan pertumbuhan KPR 209,8 persen atau mencapai Rp 2,91 triliun. Pertumbuhan KPR menyumbang pertumbuhan kredit yang mencapai 33,9 persen dalam setahunan atau mencapai Rp 41,8 triliun.

“Kredit jauh di atas rata-rata pertumbuhan industri,” ujar Direktur utama BJB Bien Subiantoro di Jakarta, Jumat (19/7). Untuk mendukung pertumbuhan sektor kredit KPR, kata Bien, BJB memberikan suku bunga rendah sebesar 7,25 persen untuk jangka waktu fixed dua tahun dan 8,52 persen untuk tiga tahun. Nonperforming loan (NPL) KPR berada di posisi tiga persen.

Adapun kredit konsumer BJB meningkat 25,2 persen menjadi Rp 26,7 triliun dengan NPL konsumer dapat dijaga di posisi 0,11 persen. Kredit komersial meningkat 22,1 persen atau menjadi Rp 6,4 triliun dengan NPL 7,2 persen. Kredit mikro meningkat sebesar 51 persen atau mencapai Rp 5,51 triliun dengan NPL sebesar 6,9 persen.

Bien mengatakan, tingginya NPL mikro disebabkan ketika BJB pertama kali melakukan ekspansi, sumber daya manusia BJB masih fokus pada sales dan marketing. “Sekarang BJB memperkuat collecting sehingga bisa menekan NPL. Mikro itu kalau didatangi, pasti bayar,” ujar Bien.

Pertumbuhan kredit, utamanya konsumer, KPR, dan mikro, menggenjot pertumbuhan laba BJB. Pertumbuhan laba sebesar 24,5 persen pada triwulan II 2013 dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. BJB membukukan laba bersih sebesar Rp 747 miliar. Sedangkan, total aset mencapai Rp 73,4 triliun atau meningkat sebesar 19,9 persen.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,6 persen atau menjadi sebesar Rp 55,1 triliun. Return on asset (ROA) berada di posisi 2,2 persen, return on equity (ROE) sebesar 24,4 persen, dan net interest margin (NIM) sebesar 8,2 persen.

Mengenai kredit, Bien memprediksikan, pertumbuhannya akan melambat pada semester II 2013. Hal tersebut disebabkan inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Kemungkinan semester II tidak besar. Bisa turun. Kita melihat kondisi ekonomi juga.”

Pada kuartal II 2013, kredit mikro BJB meningkat sebesar 51 persen atau mencapai Rp 5,51 triliun. Pertumbuhan kredit mikro pada akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 40 persen. BJB juga akan mengurangi laju pertumbuhan kredit komersial dan korporasi. Dengan adanya perlambatan kredit, BJB meyakini pendapatan masih akan sesuai dengan proyeksi awal BJB.

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan BI Rate tidak direspons BJB dengan menaikkan suku bunga kredit. Bien mengatakan, hingga saat ini BJB belum memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga kredit karena NIM masih baik, berada di level 8,2 persen. Bien mengatakan, posisi NIM tersebut merupakan ekspektasi BJB sebesar 7,2 persen.

Kenaikan BI Rate sebesar 75 bps dalam sebulan terakhir akan mengetatkan likuiditas. Oleh karena itu, BJB akan menaikkan bunga deposito secara bertahap dan melihat situasi. Kenaikan bunga deposito diperkirakan sebesar 50-100 bps. n satya festiani ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement