Senin 27 May 2013 01:45 WIB
Konflik Suriah

Oposisi Suriah tak Satu Suara

Oposisi Suriah memasang roket untuk menyerang pasukan pemerintah Bashar al-Assad
Foto: Reuters
Oposisi Suriah memasang roket untuk menyerang pasukan pemerintah Bashar al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Oposisi Suriah yang terdiri dari banyak faksi masih berupaya menyatukan suara menjelang diselenggarakannya konferensi perdamaian yang diprakarsai Rusia dan Amerika Serikat (AS). Belum ada keputusan, apakah mereka bakal hadir dalam konferensi atau tidak. Di pihak lain, kubu pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad telah mengonfirmasi untuk hadir dalam konferensi. Lantaran belum menemukan kata sepakat, faksi-faksi oposisi Suriah, Ahad (26/5), melanjutkan pertemuan mereka di Istanbul, Turki.

Seorang anggota senior oposisi mengatakan, perbedaan prinsip menjadi penyebab utama belum ditemukannya kesamaan pendapat di antara mereka. Meski demikian, ada kesadaran di kubu oposisi bahwa mereka harus secepatnya menemukan solusi sehingga bisa melenggang dengan tenang menuju arena konferensi yang rencananya dilangsungkan di Jenewa.

Sumber di oposisi itu yakin, kubu oposisi pada akhirnya akan hadir dalam konferensi. Hanya saja, ia ragu, pertemuan tersebut akan menyetujui tuntutan utama mereka, yaitu memaksa Assad turun dari kursi kepresidenan Suriah. Berbeda dengan kubu oposisi yang belum menemukan satu suara, pihak Assad dikabarkan sudah mengonfirmasi kehadiran mereka. Kabar itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich.

Pemerintah Suriah pada prinsipnya telah sepakat untuk menghadiri konferensi perdamaian itu, kata dia, seperti dikutip the Washington Post. Menurutnya, pemerintah Suriah sudah menunjukkan pendekatan yang lebih maju dari sebelumnya. Mengenai tanggal diselenggarakannya konferensi, Lukashevich belum bisa memastikan, meski ada ancar-ancar sekitar bulan Juni.

Sejauh ini, Menlu Rusia Sergei Lavrov dan Menlu AS John Kerry masih terus berkomunikasi membahas hal ini. Rencananya, seperti diungkapkan pejabat senior Kemenlu AS kepada VOA, mereka akan bertemu di Paris, Senin (27/5) ini. Qusair masih membaraKetika upaya menuju perdamaian terus dilakukan, pertempuran antara pasukan pemerintah Suriah yang dibantu pejuang Hizbullah melawan pasukan oposisi pun masih berkobar, khususnya di Kota Qusair.

Setelah berhari-hari bertempur, pasukan Assad diyakini telah menguasai dua per tiga kota ini sekaligus mengepung pasukan oposisi. Meski demikian, oposisi pantang menyerah. Mereka terus melawan dan mencegah Assad menguasai kota yang selama ini menjadi basis oposisi. Seorang saksi mata yang diwawancarai Aljazirah mengatakan, pertempuran di Qusair sepanjang Sabtu (25/5) menewaskan sedikitnya 40 orang.

Menurut dia, konflik senjata di Qusair merupakan yang terburuk dan tersengit sepanjang dua tahun lebih perang saudara di Suriah. Seorang anggota oposisi, Rifaie Tammas, mengatakan Kota Qusair terus digempur oleh militer Assad. Dalam satu menit, 40 roket menghantam kota itu, ujarnya. Sementara itu, Dua roket dilaporkan menghantam salah satu wilayah kantung Hizbullah di Beirut Selatan, Ahad (26/5).

Satu dari roket itu mendarat di halaman toko penjualan mobil di dekat persimpangan jalan ramai di permukiman Chiah, sedangkan satu roket lainnya menghantam rumah susun sekitar 300 meter dari lokasi jatuhnya roket pertama. Serangan roket ini mencederai lima orang. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Namun diyakini, kejadian ini berkaitan dengan konflik di Suriah, mengingat Hizbullah terjun di sana dengan membantu pasukan pemerintah. Serangan roket ini terjadi hanya beberapa jam setelah pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menegaskan para pejuangnya akan terus berperang di Suriah sampai akhir.

Dalam pidato yang ditayangkan televisi, Sabtu (25/5), saat memperingati ulang tahun ke-14 penarikan pasukan Israel dari Lebanon Selatan, Nasrallah mengaku, para pejuang Hizbullah sedang berperang melawan kelompok ekstremis yang membahayakan masa depan Suriah. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement