Selasa 30 Apr 2013 08:25 WIB
Konflik Suriah

PM Suriah Selamat dari Bom

PM Suriah Dr Wael al-Halqi
PM Suriah Dr Wael al-Halqi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Perdana Menteri Suriah Wael al-Halaqi selamat dari percobaan pembunuhan di ibu kota Damaskus, Senin (29/4). Serangan yang terjadi di Distrik Mazzeh tersebut menargetkan konvoi kendaraan perdana menteri.

Stasiun televisi pemerintah, Al Manar, melaporkan bagaimana Halaqi lolos dalam insiden tersebut. Namun, kelompok Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, seperti dikutip AFP, mengatakan, ajudan Halaqi tewas dalam insiden ini.

Tidak jelas apakah ledakan itu aksi bunuh diri atau bom yang sengaja ditanam. Seorang pejabat Suriah mengatakan, bom itu ditaruh di parkir mobil dekat kejadian. Laporan sebelumnya menyebutkan ini merupakan serangan murni bom bunuh diri.

Berdasarkan laporan yang dikutip dari Haaretz, enam orang tewas dalam serangan itu.  Serangan ini bukanlah yang pertama menargetkan pejabat tinggi di ibu kota Suriah.  Sebelumnya, pemerintah menyatakan serangan bom juga pernah terjadi di Distrik Mazzeh. Karena instansi pemerintah, militer, serta kompleks pejabat senior Suriah memang berada di distrik tersebut.

Serangan ke Distrik Mazzeh menimbulkan banyak korban jiwa. Pihak oposisi pun mengunggah gambar-gambar yang menunjukkan asap hitam tebal mengepul dari lokasi ledakan yang terjadi di perempatan jalan. Bus dan kendaraan di dekat ledakan turut terbakar.

Di Washington, konflik berlarut-larut yang berlangsung di Suriah mendapatkan perhatian khusus dari Kongres AS. Senator dari Partai Republik mendesak agar Presiden Barack Obama mengintervensi langsung perang sipil di negara itu.

Mereka mengusulkan agar AS menggunakan roketnya untuk menggempur pangkalan udara Suriah tanpa harus mengirimkan pasukan darat. “Satu jalan kalian dapat menghentikan pesawat udara Suriah terbang, yakni mengebom pangkalan udara mereka dengan rudal jelajah,” ujar Senator Carolina Selatan dari Partai Republik, Lindsey Graham, kepada CBS.

Menurut Graham, tindakan internasional dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik ini. PBB mencatat lebih dari 70 ribu orang tewas di Suriah dalam perang sipil yang berlangsung selama dua tahun terakhir.

AS selama ini membatasi keterlibatannya dengan menyalurkan bantuan nonsenjata kepada kubu oposisi. Salah satu peluang memungkinkan AS menyerang Suriah adalah jika ditemukannnya fakta penggunaan senjata kimia. Obama pada Jumat pekan lalu mengatakan, penggunaan senjata kimia dapat mengubah kebijakan AS selama ini.

Senator John McCain, kandidat presiden Partai Republik pada 2008, mengatakan AS seharusnya meningkatkan dukungan mereka untuk oposisi Suriah. Bahkan, jika ternyata Pemerintah Suriah tidak terbukti menggunakan gas beracun dalam konflik tersebut, AS harus tetap mendukung.

“Kita dapat menggunakan rudal patriot dan rudal penjelajah,” ujar anggota Kongres dari Arizona yang memiliki pengaruh kuat dalam isu keamanan di Senat kepada NBC.  Menurut McCain, pasukan internasional juga harus siap untuk terjun langsung ke Suriah dan mengamankan senjata kimia seandainya Presiden Bashar al-Assad jatuh.

Walau begitu, McCain kurang setuju seandainya AS menerjunkan pasukan daratnya ke negara itu. Karena, ini hanya akan membuat rakyat Suriah berbalik menentang. Suriah untuk pertama kalinya mengakui mempunyai senjata kimia dan biologis pada Juli lalu.

Mereka mengatakan akan menggunakannya jika negara tersebut mendapatkan serangan dari pasukan asing. Meski demikian, pemerintah di Damaskus membantah telah memakai senjata mematikan ini untuk menyerang rakyat mereka sendiri. Mereka menuduh oposisi yang justru menggunakannya.

Laporan intelijen AS pada pekan lalu mengindikasikan Suriah sepertinya telah menggunakan gas sarin setidaknya dua kali dalam perang sipil itu. Laporan ini sama seperti yang dikeluarkan Israel, Prancis, dan Inggris. n ichsan emerald alamsyah/ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement