Selasa 01 Nov 2016 11:00 WIB

Kampung Adat Ngada Nan Ekonomis

Red:

"Ata da meku ne'e doa delu, modhe ne'e hoga woe," (Orang yang lembut de ngan sesama dan berbaik dengan sahabat). Mungkin kalimat itu yang bisa menggambarkan kera mah an masyarakat adat di Kabupaten Ngada, Flo res, Nusa Tenggara Timur. Sapaan pagi, siang, sore ataupun malam yang diiringi se nyum menjadi sambutan hangat para pendu duk kampung adat di kabupaten ini kepada setiap pendatang.

Berada di sisi Indonesia bagian timur, Flores selama ini terkenal dengan kekayaan alam eksotisnya, terutama wisata bahari. Na mun, di Kabupaten Ngada yang memiliki pe sona alam 17 Pulau Riung ternyata menyimpan kekayaan lain tak kalah menarik berupa wisata budaya Kampung Adat.

Ada tiga kampung adat yang cukup besar di Ngada yakni Kampung Adat Bela, Kampung Adat Bena, dan Kampung Adat Tololela. Ma sing-masing memiliki keistimewaan. Setiap rumah di kampung adat Ngada selalu mengha dap ke ngadhu dan bagha sebagai poros.

Ngadhu berbentuk seperti rumah ber ukuran kecil yang merupakan lambang leluhur perempuan, sementara bagha melambangkan leluhur laki-laki dengan bentuk menyerupai payung dengan keri atau atap alang-alang dari ijuk hitam. Jumlah keduanya yang selalu ber pasangan mengartikan banyaknya suku di kampung tersebut.

Di awal memasuki kampung adat, banyak dite mukan makam di depan rumah, terutama di area dekat ngadhu bagha. Ivan Botha dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ngada me ngatakan, penduduk setempat meyakini jiwa keluarga mereka yang meninggal atau leluhur mereka tetap tinggal bersama mereka di rumah.

Peletakan makam pun didasarkan kepada usia mereka yang meninggal. Rumah adat di kampung ini merupakan rumah panggung. Jika anggota keluarga yang meninggal masih ba yi, ia melanjutkan, akan dimakamkan di ko long rumah. Sedangkan yang berusia anakanak di kolong rumah bagian depan dan sema kin dewasa dan tokoh akan dikubur semakin dekat dengan ngadhu bagha.

"Mereka (yang dikubur dekat ngadhu bag ha diyakini menjadi penghubung antara lelu hur dan roh bumi," katanya sambil berjalan menuju sa'o.

Sa'o merupakan sebutan untuk rumah adat di sini dengan dilengkapi susunan bambu yang disebut lenga, keri, dan nedhu atau simbol sen jata yang berada di atas atap. Di bagian depan sa'o juga terlihat tanduk kerbau dan geraham babi yang dipajang. Kerbau dan babi tersebut merupakan persembahan yang dilakukan pemilik rumah pada saat ka sa'o atau upacara pembangunan rumah.

Secara fungsional, areal rumah umumnya dibagi menjadi tiga, di bagian paling luar terda pat teda moa, biasanya digunakan untuk ke giat an santai seperti para ibu menenun atau mengurus anak. Di bagian tengah disebut teda one yang digunakan untuk menngelar rapat atau perbincangan serius, dan ruangan pokok atau one sa'o yang sangat pribadi.

One sa'o merupakan ruangan kecil yang menjadi inti sebuah rumah adat. Ruangan ini merupakan ruang pribadi multifungsi, selain digunakan sebagai tempat beristirahat anggota keluarga, juga digunakan sebagai ruangan memasak lengkap dengan tungku.

Saat mengunjungi Desa Bela, Republika ber kesempatan memasuki one sa'o salah satu rumah penduduk. Di dalam ruangan berukur an sekitar 2,5 meter kali 2,5 meter itu selu ruhnya menggunakan dinding kayu.

Domi mengatakan, papan kayu tersebut ha rus berjumlah ganjil di setiap sisinya dan ti dak boleh menggunakan paku. "Kalau pakai pa ku membuat rumah tidak bebas bernapas ka rena kayu akan memuai ketika panas," katanya.

Kayu yang dipilih pun tidak sembarangan, harus kayu dari pohon besar berusia puluhan tahun. "Selesai tebang harus kami lumurkan darah babi ke bekas pohon," ujarnya. Itu sebab nya pembuatan sa'o membutuhkan waktu lama dan memerlukan upacara ka sa'o.

Domi juga mempersilakan Republika un tuk menyeduh sendiri kopi arabika asli Ngada. Menariknya, gelas, sendok, dan mangkuk yang digunakan merupakan produk olahan bambu.

Nama Desa Bela memang diambil dari salah satu jenis bambu asli wilayah tersebut, bambu Bela. Berjuluk Pesona Nua Bambu, desa ini dikelilingi rimbunnya tanaman bambu yang menjadi potensi untuk dimanfaatkan masya rakat setempat. ¦ ed: citra listya rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement