Jumat 26 Aug 2016 18:00 WIB

Petuah dari Gontor

Red:

Judul: Senarai Kearifan Gontory

Penyunting: Ahmad Suharto

Penerbit: YPPWP Guru Muslich

Cetakan: 2016

Tebal: 204 halaman

Sejak dulu, pondok pesantren merupakan basis pendidikan yang memiliki peran penting dalam menegakkan akidah dan syariat Islam. Dari pesantren pula lahir banyak tokoh-tokoh bangsa yang menjadi panutan. Baik panutan untuk umat, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Bertolak dari fakta tersebut, Ahmad Suharto mencoba merangkum beragam pernyataan dan ungkapan bijak, serta motivasi yang pernah diucapkan oleh tokoh-tokoh Islam. Khususnya mereka yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Gontor. Rangkuman tersebut kemudian ia terbitkan dalam sebuah buku berjudul Senarai Kearifan Gontory.

Dalam bukunya ini, Ahmad tidak hanya mengutip pernyataan mereka yang pernah belajar di Gontor. Tapi juga melampirkan cukup banyak pernyatan Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yakni KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fenanie, dan KH Imam Zarkasyi.

Ahmad mengaku bahwa pernyataan atau ungkapan para tokoh Gontor yang dirangkumnya tidak hanya bersumber dari pengalaman indra pendengarannya sendiri. Ia juga memanfaatkan dan mengunduhnya dari sumber-sumber lain.

Dalam buku tersebut, Ahmad juga tidak hanya menukilkan ungkapan-ungkapan bijak dari para tokoh atau alumni Gontor. Tapi juga mencoba menerjemahkannya. Walaupun ia sadar, karena keterbatasan pengetahuan, ia belum mampu sepenuhnya menyingkap sebab musabab para tokoh Gontor menyatakan ungkapan-ungkapan bijak tersebut.  Karena dibutuhkan pelacakan yang komprehensif untuk mengungkap motivasi tersebut.

Salah satu ungkapan KH Imam Zarkasyi yang dikutip Ahmad dalam bukunya adalah, "Orang besar bagi Gontor adalah yang mau berjuang, meskipun di mushala kecil di pelosok desa".  Untuk ungkapan ini, Ahmad berhasil mendapatkan konteks atau alasan KH Imam Zarkasyi berujar demikian.

Menurut Ahmad, ketika itu ada seorang wartawan mewawancarai Kiai Zarkasyi dan menanyakan berapa jumlah alumni Gontor yang sudah menjadi orang besar. KH Imam Zarkasyi kemudian menjawab, "Siapa yang Anda maksud dengan orang besar? Orang besar bagi Gontor  adalah yang mau berjuang, meskipun di musala kecil di pelosok desa. Pahalanya Insya Allah tidak kalah dengan presiden."

Ahmad berpendapat, ungkapan KH Imam Zarkasyi itu juga seakan menegaskan bahwa kendala atau minimnya fasilitas, sarana, lokasi, biaya, tidak boleh menyurutkan perjuangan para santri lulusan Gontor. Mereka harus memiliki jiwa yang besar untuk tetap berjuang di jalan Allah SWT.

Ungkapan bijak lainnya dari KH Ahmad Sahal berbahasa Jawa, yakni "Yen wanio ing gampang, wedi ing pakewuh. Sebarang ora kelakon, jer besuki mowo beo". Kendati belum mendapatkan konteks yang presisi terkait ungkapan ini, namun Ahmad mencoba menerjemahkannya.

Dalam ungkapan tersebut, KH Ahmad Sahal, menurutnya, memperingatkan, bahwa bila seorang Muslim hanya berani kepada kemudahan dan takut bersusah payah, maka tidak aka nada pencapaian (cita-cita) yang luhur. Setiap ingin mewujudkan hal yang baik, dibutuhkan pengorbanan, kesungguhan, kerja keras, dan ketabahan. Tidak ada yang percuma, sebab langit tidak akan menurunkan hujan emas ataupun perak.

Proses penerjemahan demikian Ahamad lakukan pada setiap ungkapan yang dia kutip dalam bukunya. Bila mendapatkan konteksnya, Ahmad akan uraikan sedetail mungkin. Jika tidak mengetahui konteks atau alasan kenapa ungkapan bijak itu dinyatakan, Ahmad hanya akan mencoba menerangkan makna yang terkandung di dalamnya. n kamran dikarma ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement