Sabtu 22 Mar 2014 12:09 WIB

Perlu Latihan Rutin Tanggulangi Bencana

Memeluk anak korban bencana membantu mereka menghilangkan trauma sekaligus memberi kekuatan untuk bertahan.
Foto: Anis Efizudin/Antara
Memeluk anak korban bencana membantu mereka menghilangkan trauma sekaligus memberi kekuatan untuk bertahan.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Presiden Boediono menyaksikan latihan gabungan penanggulangan bencana internasional. Latihan dengan tema Mentawai Megathrust Disaster Relief Exercise (Direx) 2014 diselenggarakan di Kota Padang dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Setelah melihat latihan gabungan penanggulangan bencana dengan skenario terjadi gempa yang dibarengi tsunami, Wapres menilai simulasi ataupun latihan penanganan bencana perlu dilakukan secara rutin. "Kalau pandangan saya, upaya latihan seperti ini harus dilakukan secara rutin, berapa tahun sekali, pokoknya harus rutin," katanya, Jumat (21/3).

Menurut Boediono, hal itu sangat penting untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang potensi bencana yang dimiliki Indonesia. Bencana, lanjutnya, pasti akan datang, tetapi waktunya tidak bisa selalu diprediksi. Karena itu, psikologi dan penyadaran terhadap bencana harus benar-benar ditanamkan.

Wapres mengatakan, psikologi seperti ini harus diterapkan. Masyarakat harus diingatkan dengan membuat psikologi bencana di daerah-daerah. ''Exercise semacam ini harus dilanjutkan Kalau tidak nanti kita santai-santai, berbuat seolah tidak akan terjadi apa-apa,'' ujar Boediono.

Diharapkan, setelah masyarakat sadar bencana, mereka bisa bertindak cepat dan tepat ketika bencana benar-benar datang. Menurutnya, ketika bencana terjadi, respons pertama dan utama yang harus dipikirkan adalah menyelamatkan jiwa masyarakat. Karena itu, ia beranggapan, latihan penanggulangan bencana pun harus mengikutsertakan masyarakat. Hal itu untuk membuat mereka lebih siap dan siaga menghadapi bencana.

Menurutnya, latihan atau simulasi penanggulangan bencana sudah saatnya digelar hingga ke kampung-kampung. Simulasi tersebut bukan hanya menjadi tontonan masyarakat. Masyarakan juga harus ikut agar menyadari dan memahami yang harus dilakukan ketika bencana terjadi.

"Pada tingkat sampai ke kampung-kampung harusnya dilakukan semacam latihan rutin, dilakukan praktik betulan sebagai bagian upaya kita merespons kemungkinan adanya bencana. Tujuannya meminimalkan dampak negatif dari bencana. Kita harus siap, jangan sampai ada jiwa yang jadi korban," katanya.

Setiap daerah, lanjutnya, harus bisa mengupayakan hal yang terbaik bagi masyarakatnya, apalagi jika bencana melanda. Latihan penanggulangan bencana memang memerlukan biaya, tetapi hal itu terbilang kecil dibanding upaya untuk menyadarkan dan mengingatkan masyarakat akan potensi bencana yang ada.

Ada sekitar 18 negara serta organisasi internasional yang mengikuti kegiatan ini. Negara tersebut di antaranya Australia, Kamboja, Indonesia, Jepang, Amerika, Korea Selatan, Filipina, Cina, India, dan Brunei. Sementara, perwakilan organisasi internasional yang ikut di antaranya AIFDR, UN OCHA, JICA, UNICEF, UNDP, serta dari BNPB, Kemenlu RI, Kemensos RI, Kemenkes RI, Mabes Polri, Mabes TNI, Basarnas, PMI dan lainnya. N esthi maharani ed: andi nur aminah

Informasi dan berita lain selengkapnya sila dibaca di Republika, terimakasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement