Kamis 02 Jan 2014 08:10 WIB
Bursa Saham

Agar IHSG Bisa Tembus 5.000 Lagi

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha

Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,98 persen pada akhir 2013 bila dibandingkan dengan penutupan 2012. Meskipun demikian, sejumlah pihak optimistis IHSG mampu kembali menembus level 5.000.

Analis PT Millennium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, ada beberapa faktor yang akan menentukan apakah indeks bisa tembus ke level 5.000 lagi. Pertama, realisasi penarikan (tapering off) dana stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) yang rencananya akan berlaku pada Januari 2014.

“Ini akan membuat pasar saham relatif tertekan karena akan ada dana keluar,” ujarnya kepada Republika. Faktor kedua adalah kondisi ekonomi makro Indonesia. Ia menilai tahun ini ekonomi nasional akan mengalami perbaikan dibandingkan dengan 2013. Perbaikan terutama di inflasi, nilai tukar, dan neraca transaksi.

Perbaikan ekonomi ini akan memberikan keseimbangan atas gelombang uang keluar akibat tapering off. Hal ini pula yang menjadi pendorong bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia di tengah sentimen negatif tapering off.

Selain perbaikan ekonomi, faktor pemilihan umum (pemilu) akan menjadi momentum baik. Namun, ini hanya akan terjadi jika pemilu berjalan dengan baik. “Apalagi kalau presiden terpilih sesuai dengan harapan investor,” kata Desmon. Pemilu dinilai cukup mendorong kenaikan bursa saham. Ia mengatakan bahwa hal tersebut sudah terbukti di India.

Meskipun ekonomi membaik, Desmon menilai masih agak sulit bagi nilai tukar kembali ke Rp 10 ribu atau bahkan Rp 9.000. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah masih fokus pada perbaikan defisit neraca transaksi berjalan. Sumber devisa dinilai belum mampu menopang rupiah. Sehingga, kembali ke level itu akan sedikit berat.

Desmon menambahkan, saham-saham yang perlu dipertimbangkan adalah saham perusahaan konsumer dan turunannya. Pemilu akan mendorong kinerja perusahaan yang bergerak di sektor ini sehingga sahamnya akan lebih menarik.

Sedangkan, saham yang perlu diwaspadai adalah perbankan dan properti. Hal ini didorong oleh imbauan BI kepada perbankan untuk memperlambat kredit dan kebijakan loan to value (LTV) yang akan memperlambat kinerja perusahaan properti.

Kepala Deputi Equity Research PT Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja mengatakan, IHSG dapat kembali ke level 4.800. Hal ini disebabkan oleh kepastian isu tapering off yang tahun depan tidak lagi menjadi masalah bagi pasar modal Indonesia.

Khusus sektor perbankan, Tjandra melihat adanya kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL). “Ekspektasi kami naik, tapi tidak sampai tiga persen,” ujarnya. Perbankan diperkirakan akan selektif memilih calon debitur dan akan lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor yang tidak dipengaruhi oleh suku bunga.

Bank disarankan untuk menjaga kualitas aset dan likuiditas. Selain itu, tahun ini tidak akan ada lagi bunga tetap (fix rate) dalam kamus perbankan karena perbankan sudah menurunkan target ekspansi kreditnya.

Kepala Analis Trust Securities Reza Priyambada menyatakan, kinerja IHSG tahun ini diharapkan dapat dipacu. Tentunya didukung dengan perbaikan kondisi makroekonomi. Selain itu, juga didukung dari internal pasar modal, antara lain, kembalinya aksi beli asing, bertambahnya investor lokal dan emiten yang akan menambah kapitalisasinya di pasar. n ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement