Rabu 21 Aug 2013 02:15 WIB
Gen-I

Bekerja Sewaktu Masih Belajar

Pelatihan mahasiswa jadi pengusaha olh LP3I
Foto: lp3i
Pelatihan mahasiswa jadi pengusaha olh LP3I

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa tahun belakangan, semakin banyak entrepreneur muda yang bermunculan. Di tengah usia yang masih belia, mereka berusaha belajar beratnya persaingan di dunia bisnis. Sebagian ada yang sukses, tapi sebagian juga masih harus terus mencari celah menuju kesuksesan. Ilmu yang sedang dipelajari di bangku kuliah pun ada yang bermanfaat menunjang bisnis. Tapi, ternyata menjadi entrepreneur muda lebih banyak mengandalkan ilmu yang dipelajari di lapangan.

Salah satu pembaca Republika, Arnold Marciano, berbagai pengalamannya mencoba berbisnis di awal usia 20-an. Belajar di jurusan manajemen bisnis, Arnold memadupadankan teori yang diajarkan di kampus dengan pengalaman terjun langsung. "Sejak dulu, saya sudah ingin belajar bisnis. Rasanya senang sekali kalau bisa merasakan punya uang sendiri."

Sekitar tiga tahun lalu, dengan sedikit bantuan dari orang tua saya bisa membuka usaha warung nasi goreng. Bermodal gerobak, tenda, tempat duduk, bahan-bahan, dan orang yang bisa memasak nasgor, warung ini buka setiap sore hingga malam hari. Tak terlalu perlu waktu lama, pengunjung mulai banyak yang datang. Sedikit-sedikit pemasukan pun mengalir.

Secara umum, ternyata hanya ilmu manajemen dan matematika bisnis saja yang membantu saya merencanakan usaha kecil-kecilan ini. Sisanya, lebih banyak pelajaran yang saya pelajari sendiri.

Sayang, saya belum pernah belajar pentingnya kemampuan manajemen manusia. Ternyata, hal itulah yang paling sulit ketika memulai usaha.

Maklum saja, tidak semua manusia bisa ditebak dengan mudahnya. Awalnya, semua mau bekerja, tapi di tengah jalan bisa menghilang tanpa kabar berita. Lebih kurang setahun usaha ini berjalan, akhirnya warung nasgor yang saya buka ditutup. Niat mencari bentuk usaha lain pun saya pikirkan terus-menerus.

Akhirnya, bersama beberapa orang teman saya memulai usaha production house. Dengan modal yang tidak banyak, kami membuat film indie bertemakan anak muda yang menggapai mimpi. Di film ini, saya mencoba-coba berperan sebagai produser. Tugasnya memegang uang, mengatur pengeluaran, dan menjadi pengambil keputusan.

Ternyata, usaha pedagang kaki lima (PKL) jauh lebih menguntungkan ketimbang usaha yang saat ini saya kerjakan. PKL lebih mudah dijalani karena prinsip operasionalnya lebih sederhana. Selain itu, keuntungannya pun lebih mudah terukur.

Setelah lebih kurang tiga tahun merasakan suka duka membuka lapangan kerja, menjaga motivasi belajar adalah hal yang sangat perlu diperhatikan. Maklum, kalau sudah merasakan punya uang sendiri, rasa malas datang ke kuliah kerap menghantui.

Triknya, kembali ke rasa tanggung jawab kita sendiri. Kalau saya, diingat saja bahwa kuliah yang dijalani saat ini juga mendukung usaha saya membuka lapangan kerja. Dari pengalaman kemarin, ada beberapa hal penting yang saya pelajari. Pertama, kadang dari segi bisnisnya, kita sudah melakukan perhitungan bahwa rencana ini sepertinya feasible.

Namun, banyak faktor-faktor lain, terutama human error yang sangat menentukan. Kedua, di awal usaha sampai sekitar empat bulan pertama, lebih banyak fokus yang tercurah. Sehingga, kuliah biasanya sedikit terbengkalai. Kalau sudah begini, manajemen waktu memang menjadi keahlian yang harus dimiliki dan tak bisa ditawar-tawar lagi. ed: setyanavidita livikacansera

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement