Kamis 25 Jul 2013 06:07 WIB
Politik Mesir

Ini Langkah Mesir Keluar dari Aksi Kekerasan

Seorang pria berpakaian sipil membawa senpi (kiri) menahan seorang pendukung Presiden Muhammad Mursi yang terluka dalam bentrokan yang terjadi di Kairo, Mesir, Senin (22/7).      (AP/ Hussein Malla)
Seorang pria berpakaian sipil membawa senpi (kiri) menahan seorang pendukung Presiden Muhammad Mursi yang terluka dalam bentrokan yang terjadi di Kairo, Mesir, Senin (22/7). (AP/ Hussein Malla)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Bentrokan antara kelompok pro dan anti-Presiden Mesir terguling, Muhammad Mursi, terus berkobar. Korban pun terus berjatuhan. Untuk menghentikan aksi-aksi kekerasan berdarah ini, Mesir sangat membutuhkan kompromi politik.

“Sayangnya, hingga saat ini belum ada tanda-tanda ke arah terwujudnya kompromi politik itu,” kata Yasser el-Shimy, analis politik Mesir dari International Crisis Group. Hambatan ke arah kompromi politik itu, kata dia, tampak dari sikap Ikhwanul Muslimin yang tak mau berkompromi dengan pemerintah sementara. Kebuntuan politik yang terus berlanjut inilah, menurut el-Shimy, yang mendorong terus berkobarnya bentrokan dan aksi-aksi kekerasan di tengah masyarakat Mesir saat ini.

Sejak militer menumbangkan Mursi melalui kudeta, 3 Juli silam, bentrokan demi bentrokan seolah tiada henti mewarnai Mesir. Gelombang bentrokan terbaru pecah sejak Senin (22/7) dan masih berkobar pada Rabu (24/7) pagi ketika kelompok pendukung Mursi terlibat bentrokan dengan sekelompok orang bersenjata di Kairo. Sedikitnya, dua pendukung Mursi tewas ditembak oleh orang-orang bersenjata.

Mengomentari insiden penembakan itu, Ikhwanul Muslimin pada website-nya menyatakan, orang-orang bersenjata itu tak lain adalah polisi berpakaian sipil. Menurut penuturan Juru Bicara Kelompok Antikudeta Yomna Ahmed, penembak jitu melesakkan timah panas ke arah pendukung Mursi dari atap gedung di Kairo.

Selain aksi penembakan, terjadi pula ledakan bom di luar kantor polisi di Mansoura, utara Kairo. Ledakan ini melukai 19 orang, 13 di antaranya polisi dan enam lainnya warga sipil. Juru Bicara Kepresidenan Ahmad al-Muslimani menyatakan, peledakan bom itu jelas merupakan aksi terorisme. Dia pun menegaskan, aksi terorisme di Mansoura tak akan menyelesaikan masalah di Mesir. “Mesir telah menang melawan terorisme sebelumnya dan akan tetap tak terkalahkan saat ini,” ujar dia.

Sejak bentrokan antara massa pro dan anti-Mursi pecah Senin lalu, sebanyak 11 orang dilaporkan tewas. Sebagian besar korban tewas di jalan dekat dengan lokasi berkumpulnya para pendukung Mursi. Ikhwanul Muslimin sekali lagi menuduh aksi ini didukung Kementerian Dalam Negeri. Sedangkan aparat kepolisian menyatakan, aksi-aksi penyerangan yang terjadi sejak Senin lalu dilakukan oleh orang-orang bersenjata yang memakai topeng. Sejauh ini, polisi mengaku tak mengetahui identitas pelaku.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata sekaligus Wakil Perdana Menteri Abdul Fatah el-Sissi menyatakan belasungkawa atas jatuhnya korban, baik tewas maupun luka, dalam kerusuhan di Mesir, khususnya dari kelompok pro-Mursi.

Berbicara saat menghadiri upacara wisuda Akademi Angkatan Udara dan Angkatan Laut, el-Sissi menegaskan,d ia tak pernah mengkhianati pemimpin terpilih atau berkonspirasi menentang pemerintahan Mursi. “Justru, militer memberikan nasihat dan masukkan tulus kepadanya.” n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement