Rabu 17 Apr 2013 01:15 WIB
PT Telkomsel

Laba Bersih Telkomsel Rp 15,7 Triliun

Layanan Telkomsel Flashzone di kampus
Layanan Telkomsel Flashzone di kampus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Tbk mencatat laba bersih sebesar Rp 15,7 triliun sepanjang 2012. Angka ini meningkat 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Corporate Secretary Telkomsel Asli Brahmana menyatakan, pertumbuhan laba tersebut dipicu meningkatnya pertumbuhan pelanggan hingga 17 persen menjadi 125 juta. Peningkatan tersebut menjadikan Telkomsel sebagai operator terbesar keenam di dunia.

Selain itu, Telkomsel menguasai 55 persen pangsa pasar telekomunikasi dan masuk tiga besar operator seluler terbesar Indonesia. “Pertumbuhan tersebut sebagai prestasi luar biasa, mengingat persaingan dalam bisnis telepon seluler sangat ketat,” katanya, Selasa (16/4).

Menurutnya, selain laba bersih, seluruh aspek keuangan lainnya tumbuh melebihi rata-rata industri telekomunikasi Indonesia. Perseroan juga membukukan pertumbuhan pendapatan 12 persen menjadi Rp 54,5 triliun. Sedangkan, pendapatan sebelum dihitung bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) meningkat 11 persen menjadi Rp 30,6 triliun tumbuh 11 persen. 

Ia mengatakan, pertumbuhan positif Telkomsel yang berkelanjutan tersebut menjadi pondasi yang kuat bagi Telkomsel dalam menghadapi kompetisi di industri telekomunikasi yang semakin ketat tahun ini. Caranya dengan melakukan berbagai terobosan produk dan layanan.

Menurutnya, untuk melayani lebih dari 125 juta pelanggannya saat ini, Telkomsel melakukan beragam inovasi. Perseroan terutama meningkatkan layanan telekomunikasi seluler berbasis data dan digital bisnis. Antara lain, layanan yang mendukung masyarakat golongan menengah ke bawah, seperti T-Cash dan beragam aplikasi Value Added Services (VAS) lainnya.

Sepanjang 2012 Telkomsel telah membangun lebih dari 11.675 BTS 3G. Sehingga, kini perseroan menggenapkan jumlah BTS 3G Telkomsel menjadi 15 ribu unit lebih. Sedangkan, secara keseluruhan Telkomsel memiliki sekitar 54.297 BTS di seluruh wilayah Indonesia.

Telkomsel juga konsisten mengimplementasikan garis beras teknologi 3G, HSDPA, dan HSPA+. Perseroan juga menjadi operator pertama di Indonesia yang sukses melakukan uji coba layanan Long Term Evolution (LTE). 

Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi mengatakan, persaingan industri telekomunikasi sudah begitu ketat sehingga berpengaruh pada pertumbuhan harga sahamnya. Tingginya persaingan membuat perseroan yang bergerak di sektor ini sulit berekspansi bisnis. Terlebih lagi, penetrasi pasar sudah mencapai 90 persen sehingga membuat pasar sulit berkembang.

 

Ketika pelaku industri telekomunikasi masih belum sebanyak sekarang, perseroan masih bisa mengeruk untung besar dari pelanggan. Misalnya, seperti penjualan kartu SIM card. Harga kartu SIM di awal kemunculan telepon nirkabel berkisar di atas Rp 100 ribu.

Hari ini kartu SIM bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 5.000. Padahal, harga pembuatan satu kartu tersebut adalah sekitar Rp 9.600 hingga Rp 20 ribu. Wajar saja saat ini banyak industri telekomunikasi yang merugi. Perseroan juga harus bersaing merebut pangsa pasar dari perusahaan telekomunikasi lain.

Selain itu, perseroan pun harus mengeluarkan dana lebih ketika teknologi baru muncul. Misalnya, s ketika teknologi 2G berganti menjadi 3G. Perseroan terpaksa menyesuaikan jaringan dengan mendirikan menara pemancar 3G untuk pengguna jasanya. “Ini akan menambah belanja modal perusahaan, sementara labanya tidak seberapa,” kata Kiswoyo.

Head of Equities UBS Securities Indonesia Joshua Tanja mengungkapkan, tahun ini saham telekomunikasi tidak akan bergerak tinggi meskipun menunjukkan tren positif. “Namun, ini bergantung sentimen dan ekspektasi pasar,” kata Joshua. n friska yolandha/antara ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement