Senin 09 Jan 2017 17:00 WIB

Analisis Kehamilan Pascakeguguran

Red:

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar perempuan sebaiknya menunda kehamilan setidaknya enam bulan setelah mengalami keguguran demi kebaikan calon bayi. Tapi, penelitian terbaru menunjukkan, hamil setelah mengalami keguguran tidak memiliki risiko lebih besar bagi ibu dan janinnya dibandingkan menunda kehamilan selama enam bulan.

Kesimpulan ini disampaikan tim peneliti yang melakukan evaluasi statistik terhadap data dari 10 penelitian sebelumnya terkait kehamilan setelah keguguran. Temuan terbaru ini diharapkan dapat mengurangi kecemasan para wanita yang kembali hamil sebelum enam bulan pascakeguguran.

"Tidak perlu khawatir mengenai kehamilan yang berakhir tidak baik, sebaliknya mereka seharusnya diberi semangat," ujar peneliti senior bidang epidemiologi dari National Institute of Child Health and Human Development, Enrique Schisterman, seperti dilansir Fox News, pertengahan Desember 2016.

Dalam penelitian di University of Aberdeen yang dipimpin oleh Sohinee Bhattacharya ini, tim peneliti mengamati dampak penundaan kehamilan setelah keguguran. Mereka lalu membandingkan data hasil akhir kehamilan pada ibu yang hamil kembali kurang dari enam bulan pascakeguguran dan yang hamil kembali pada saat enam bulan atau lebih pascakeguguran.

Mereka pun menganalisis berbagai komplikasi pada ibu-ibu tersebut, seperti keguguran, bayi lahir mati (stillbirth), kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan preeklamsia atau tekanan darah ibu hamil yang membahayakan. Evaluasi statistik dilakukan tim dan mereka menemukan, tidak ada bukti bahwa kembali hamil segera setelah keguguran dapat membahayakan.

Peneliti mengatakan, data terkait kasus stillbirth dan preeklamsia tidak menunjukkan perbedaan pada ibu yang menunda kehamilan dan yang langsung hamil pascakeguguran. Risiko keguguran kembali dan bayi lahir premature, bahkan lebih rendah pada ibu yang hamil kembali kurang dari enam bulan pascakeguguran.

Kehamilan segera setelah keguguran, lalu melahirkan, kata tim peneliti, memang dapat meningkatkan risiko komplikasi lahir prematur dan BBLR. Hamil kembali setelah melahirkan juga menyebabkan ketersediaan folat pada tubuh ibu dapat berkurang. Namun, hal ini tidak sama dengan hamil setelah keguguran.

Schisterman mengatakan, katersediaan folat pada ibu yang hamil segera setelah keguguran kemungkinan besar tidak berkurang. Namun, menunda kehamilan setelah keguguran di usia subur dapat meningkatkan risiko komplikasi.

Dia merasa, penelitian ini masih kekurangan informasi data usia kehamilan saat keguguran terjadi. "Kami membutuhkan data penyebab-penyebab berbeda dari keguguran dan melihat berapa interval yang optimal," kata dia. Meski begitu, hasil temuannya dapat menjadi bukti yang cukup bahwa menunda kehamilan setelah keguguran tidak lebih menguntungkan dibandingkan segera hamil kembali.

"Kecuali ada alasan-alasan spesifik untuk menunda kehamilan, pasangan sebaiknya disarankan untuk kembali mencoba kehamilan segera setelah mereka merasa siap," ungkap Bhattacharya.      rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement