Selasa 22 Sep 2015 15:00 WIB

Berpacu dengan Waktu Memerangi Kanker

Red:

Ketika seseorang divonis terkena kanker, tidak terkecuali kanker kelenjar getah bening (limfoma), hal itu mungkin merupakan kabar yang menakutkan baginya. Sering kali, seseorang yang mengidap penyakit kanker merasa dibayang-bayangi hidup yang lebih singkat dibandingkan orang normal lain yang sehat.

 

Saat ini, berdasarkan data Globocan tahun 2012, setiap 90 detik ada satu orang di dunia dinyatakan terdiagnosis kanker limfoma. Itu berarti terdapat 400 ribu orang per tahun yang terdiagnosis penyakit kanker tersebut.

 

Menurut Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) DR dr Andhika Rachman SpPD KHOM, kanker limfoma merupakan salah satu jenis kanker yang mulanya menyerang sel-sel limfosit (sel darah putih). Jenis kanker ini cukup berbahaya, mengingat sel darah putih merupakan salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia.

 

"Kanker limfoma menyebar lewat aliran darah dan sistem limfatik yang tumbuh di bagian tubuh manusia, seperti nodus limfe, limpa, sumsum tulang belakang, dan organ lainnya," kata Andhika dalam pemaparan tentang kanker yang diadakan oleh PT Roche Indonesia, kemarin.

 

Andhika melanjutkan, kanker limfoma dapat menyerang siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan dengan usia 65-74 tahun. Namun, kanker ini dapat juga menyerang anak-anak walau kasusnya tidak sebanyak orang dewasa.

Seperti kebanyakan penyakit kanker lainnya, kanker limfoma juga terjadi akibat faktor genetik dan jenis kanker ini cukup banyak terjadi di Indonesia. "Limfoma dan leukimia merupakan enam jenis kanker yang paling umum ditemukan di Indonesia. Limfoma lebih sering ditemukan menyerang mereka yang sudah lanjut usia sedangkan leukimia bisa diderita oleh remaja berusia belasan tahun," katanya.

 

Sementara, Andhika juga memerinci gejala-gejala awal dari kanker limfoma, antara lain, lemas, demam tak kunjung sembuh, terdapat benjolan di beberapa bagian tubuh (ketiak, lipatan paha, payudara, leher, dan punggung), batuk, mual yang menyebabkan muntah, hingga sariawan yang tak juga sembuh. Jika sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, Andhika mengimbau agar pasien segera berkonsultasi ke dokter.

 

Kanker limfoma harus segera diatasi karena pasien berpacu dengan waktu bersamaan dengan tumbuhnya sel-sel kanker yang dapat menjalar ke organ vital lainnya. Maka, jika terdapat benjolan, pasien diharapkan untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut berupa biopsi histopatologi dan immune histokimia.

 

Pemeriksaan ini tak lain bertujuan agar dokter dapat menanganinya secara cepat dan tepat sesuai dengan kondisi tubuh pasien, terutama dalam hal pemberian obat. Soalnya, setiap orang berbeda-beda dalam merespons obat kimia yang masuk ke dalam tubuhnya. Jika salah memberikan komposisi obat, dikhawatirkan malah akan menambah jumlah sel kanker di dalam tubuh pasien dan memperparah kondisinya.

 

Berbeda dengan jenis kanker lainnya, Andhika juga menambahkan, kanker limfoma tidak dapat diobati dengan jalan operasi. Hal ini karena kelenjar limfoma tersebut tidak akan hilang jika dilakukan pembedahan.

 

"Jalan satu-satunya yang tepat dalam membunuh sel kanker limfoma adalah dengan melakukan kemoterapi dan radiologi. Selain lebih murah, sel kanker limfoma juga sangat sensitif terhadap dua cara tersebut. Pengobatan ini harus rutin dilakukan oleh pasien kurang lebih dalam kurun waktu satu hingga dua tahun," lanjutnya.

 

Pemaparan soal kanker tersebut bertepatan dengan Hari Peduli Kanker Sedunia yang jatuh setiap 15 September. Hari Peduli Kanker ini ternyata rutin diperingati sejak 2004. Peringatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kanker limfoma, cara mendeteksinya, serta membantu menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat kanker. n c04 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement